Wednesday, November 18, 2009

Pesimisme dalam Optimisme

Nuansa berbagi optimisme rasanya cukup tersalurkan melalui seminar politik, KBRI 29 agustus kemarin. Walaupun, misalnya, mas anas menyampaikannya dengan bahasa "kebiru-biruan", juga klaim "akademisi-objektif-optimi
s" yang ternyata sama sekali tidak objektif dari bang bima, tapi pesan optimisme itu tetap tersampaikan ke relung alam bawah sadar saya. Mohon maaf saya agak kurang memperhatikan bagiannya pak nasir tamara, yang jelas beliau sangat berapi-api hehe.

Namun dari sekian energi optimisme yang disalurkan kemarin, saya merasa ada 3 gagasan spesifik yang perlu dipertanyakan tingkat kemungkinan attainability-nya, in other words, saya harus jujur bahwa saya pesimis.

Tiga hal tersebut disampaikan masing-masing, 1 oleh mas anas, dan 2 oleh bang bima pertaining to:
1. Perjodohan antara legislatif dan eksekutif hasil pilihan rakyat
Mas Anas menyampaikan dengan sangat runut, elegan, dan matang, tidak ada celah. Namun tak bisa dipungkiri ada satu flaw yang, tidak bisa disalahkan ke mas anas, tidak bisa dijawab yaitu mengenai govern-ability-nya kepengurusan 2009-2014.

Memang betul segalanya akan lebih harmonis, segalanya akan lebih memudahkan bagi pak SBY dan rekan-rekan demokrat untuk mengurusi pemerintahan, tapi apakah itu jaminan bahwa 5 tahun ke depan akan lebih baik? Demokrat itu partai baru yang diisi orang-orang yang, istilahnya, "Eh gw baru tau loh ketua umumnya namanya Hadi Utomo." Beda dengan misalnya golkar, ambil contoh priyo budi santoso yang membangun karir dari nol di DPR, atau juga suripto-nya pks yang memang pakar di bidangnya sehingga mampu membidani segala urusan terkait keamanan dan intel. Lantas kebijakan macam apa yang akan dibangun oleh orang-orang DPR dari demokrat yang masih baru-baru, dan juga kurang menguasai kepakaran tertentu, yang sekarang menguasai parlemen? Mari kita nantikan.

Demikian juga governability pak sby, yang mohon maaf, bukan yang the best menurut saya. 2004-2009 kemarin pak SBY harus bersyukur punya pak JK yang merupakan pilihan dagang politik, bukan murni pilihan profesionalisme. Hal serupa juga berlaku untuk menteri pertanian yang sangat terkenal akan keberhasilan swasembada pangannya, yang sayangnya pak menteri terkait pun datang dari pilihan politis. Yakinkah anda pak SBY bersama dengan demokratnya sebegitu hebatnya memilih serta menjalankan pemerintahan 5 tahun ke depan? Mari kita nantikan.

2. Membudayakan meritokrasi di partai
Ini yang paling harus saya akui, saya pesimis sekali ini tercapai dalam kurun 5-10 tahun ke depan. Kita lihat PAN jadi partai artis, dan ternyata berhasil menggerus suara lumayan besar hasil dangannya tersebut. Partai demokrat yang merupakan partai baru, tentu masih perlu mengenyam asam garam perpemiluan dan perpolitikan lagi sebelum bicara meritokrasi, ya namanya juga partai baru... Nggak kaget kalo public figures beberapa ada yang masuk. Contoh lain, partai lain yang tidak mau saya sebutkan identitasnya, yang murni, asal duit banyak ya maju. Mungkin hanya golkar dan pks yang kelihatannya memiliki harapan untuk merapikan struktur kaderisasi penokohan dalam waktu dekat, walaupun kita tidak tahu di belakang itu apa yang bermain. Bisa jadi proses meritokrasi berjalan baik, namun apa lah artinya kalau pada proses awal ada permainan "anak gubernur" atau "anak businessman".

Mencoba membuat sedikit simpul dengan pidatonya mas anas, memang kepartaian ini lah konstituen yang paling rumit yang paling banyak uncertainties-nya. Bisa jadi demokrat dan SBY membawa perubahan pada level makro, namun untuk merubah budaya kepartaian rasanya permeability-nya belum segitunya.

3. Menjadi oposisi informal
Pada pernyataan terakhir, bang bima mengajak seluruh hadirin untuk bersama-sama mengontrol pemerintahan dan menjadi oposisi informal. Sayang sekali karena statement ini membuat 20 menit-nya bang bima jadi kurang cantik closingnya, karena ya jelas, itu ajakan yang nggak konkrit, apalagi buat masyarakat yang berdomisili di luar negeri.

Hari gini komplain lewat email? Hari gini ngeluh ke diknas? SMS ke HP-nya pak SBY? Yah saya sih pesimis :).

Tapi di luar 3 hal di atas, saya setuju kok dengan semua isi pidato lainnya. Terutama dengan tema yang juga dihubungkan dengan bukunya pak nasir tamara "The rise of Indonesia". Kita insya allah akan bisa rise, asalkan kita optimis :).

Iko
Gatel pengen nulis walau ga ada isinya
...Ngabuburit...

No comments:

Passenger waited at Kenangan Station


Hanya selintas pemikiran untuk merangkai setiap stasiun kenangan dalam hidup saya menjadi sebuah rute perjalanan yang indah

About Me

Singapore, Jurong, Singapore
Full-Time Undergraduate Student Materials Science and Engineering Nanyang Technological University Singapore