Monday, December 14, 2009

Tentang Saya (2)

Agak berat juga buat saya meninggalkan negeri ini. Sempat terngiang, “Dosakah saya lari dari negeri penuh masalah ini?” Namun akhirnya saya membulatkan tekad. Saya berangkat ke Singapura dengan motivasi untuk belajar lebih, menuntut ilmu, dan mencari pengalaman yang special, untuk kemudian kembali dan memberi arti bagi agama dan bangsa. NTU nama kampus saya. Materials Science and Engineering jurusan saya.

Awal-awal tentu saja mengalami culture shock, seperti pola belajar, gak ada azan, ‘buka-buka-an’ dan lain sebagainya. Gak mudah juga melaluinya, namun alhamdulillah, bareng-bareng sama temen-temen seperjuangan, suka duka dilewati akhirnya mulai juga merasa betah, setidaknya by akhir semester 1 sudah mulai merasa nyaman.

Aktivitas non-akademik tidak henti saya lakukan. Aktivitas paling banyak saya porsikan ke PINTU (Pelajar Indonesia NTU), PPIS (Perhimpunan Pelajar Indonesia di Singapura), KUNTUM (Keluarga NTU Muslim) Indonesia dan NTUMS. Di PINTU, karir saya bermula sebagai ketua divisi solidaritas, semacam mensos lah. Kemudian serunya di tahun kedua, saya diamanahkan menjadi ketua PINTU periode ke-6. Bukan pekerjaan mudah loh, walaupun terkesannya begitu, karena yang dipimpin adalah sekitar 600 hingga 700 mahasiswa Indonesia yang berada di NTU, baik S1 maupun S2-S3. Yah itu menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya, apalagi saya mencatat rekor ketua PINTU pertama yang tingkat 2 –sebelumnya selalu tingkat 3. Jadi masalah pendekatan ke senior juga buka urusan mudah, namun sangat mendewasakan, alhamdulillah. Menjadi ketua PINTU, saya belajar banyak tentang kepemimpinan yang memuaskan semua golongan, tentang kreativitas dalam keterbatasan, dan juga tentang menjaga komitmen dalam himpitan berbagai beban sekaligus.

Dari keaktifan saya di PINTU juga lah yang menjadikan saya dekat dengan PPIS. Di saat yang bersamaan, saya diamanahkan menjadi dewan penasehat PPIS, sekali lagi, bukan amanah yang bisa asal jeplak aja… Sempat juga saya aktif di NTUMS, waktu itu menjawab sebagai Events manager, orang yang bertanggung jawab terhadap kelancaran seluruh events yang diadakan oleh NTUMS dalam setahun. Dalam fase ini, saya banyak meng-improve diri dalam menghargai “gaya beragama” di Singapura, dan juga skill berbahasa inggris. Seru juga loh, memimpin rapat atau beradu argument tentang organisasi dalam bahasa inggris. Itu menjadi tantangan tersendiri buat saya. Karir akhir saya di NTUMS adalah sebagai majelis syuro, alias semacam dewan penasehat. Masih berjalan hingga sekarang. Aktivitas saya lainnya sekarang adalah menjadi ketua majelis pertimbangan organisasi KUNTUM Indonesia. Lagi-lagi amanah yang nggak sembarangan –dari tadi kok susah-susah mulu yak -_-. Saya bertanggung jawab terhadap isi, arah, dan tujuan KUNTUM Indonesia agar dapat memberikan manfaat yang nyata bagi sekitar, maupun lingkup yang lebih luas.

Kalau urusan nilai, ya pas-pas-an lah –ameliorasinya “ancur” ini ya :p. Setidaknya masih maintain di level yang “nggak mengkhawatirkan” buat saya yang penting tetap bersyukur atas segalanya… Saya mencintai bidang keilmuan yang saya tekuni sekarang, dan berharap bisa meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

Harapannya, Allah mengampuni apa-apa yang telah saya perbuat-salah-kan, banyak deh dosa saya 4 tahun ini, astagfirulloh… Juga, berharap, semua yang telah saya lalui bisa memberi makna bagi, yang pertama tentu saja peningkatan kesolehan pribadi. Itu tuntunan utama, disusul kebermanfaatan bagi ummat. Baik yang telah saya lalui, maupun apa yang terkandung di dalamnya, semoga akan ada masanya Allah memberikan kesempatan buat saya untuk mengamalkannya. Ya pokoknya jangan jadi orang biasa lah, gak seru ;).

Akhukum fillah,
Ikono
15 Desember 2009
di Biomaterials Lab yang kucintai karena Allah…

Saturday, December 12, 2009

Tentang Saya (1)

Saya biasa dipanggil Ikono, atau Iko. Ada juga sebagian orang memanggil saya dengan Radyum. Anak kedua dari 2 bersaudara. Abang saya baru saja menikah November 2009 kemarin dan saat ini menetap di Singapura bersama dengan istri. Ayah saya seorang dosen dan guru besar di UI, jurusan teknik kimia. Beliau mendapat amanah sebagai ketua Senat Akademik Universitas, kalo ndak salah periode 2007-2011 (ga ingat pastinya). Ketua SAU itu semacam badan legislasi-nya UI, gampangnya sih kalau wisuda duduknya di samping rektor ;). Ibu saya seorang ibu rumah tangga, mantan guru matematika di SMA swasta di Depok. Baru saja memutuskan untuk berhenti mengajar setelah berkarir selama kurang lebih 20 tahun. Beliau lulusan teknik kimia ITS, yang juga di kampus itulah ayah dan ibu saya bertemu. Orang bilang keluarga kami, keluarga engineer, dengan ayah dan ibu lulusan teknik kimia, abang saya teknik elektro, sementara saya sendiri menempuh studi di bidang teknik material. Unik memang.

Ketika kecil saya sempat tinggal di Tokyo selama kurang lebih 5 tahun, menemani ayah saya menempuh jenjang S2 dan S3. Kemudian SD dan SMP setia di Depok, kota yang sungguh sangat saya cintai, melebihi kota lain manapun di nusantara ini. Ketika SMA memutuskan untuk ke luar kota untuk mencari tantangan yang lebih seru, dan Alhamdulillah Allah mengizinkan saya untuk bisa masuk SMA Negeri 8 Jakarta, yang ketika itu katanya sekolah negeri nomer 1 se-Indonesia. Kuliah saya di NTU, jurusan teknik material; sungguh tempat kuliah yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya, Alhamdulillah Allah memberikan saya kesempatan yang begitu unik ini.

Ikono kecil tumbuh dengan prestasi segudang. Masa SD saya lalui dengan langganan juara kelas, juga juara umum satu sekolahan. Prestasi ‘tergila’ saya ketika itu adalah menjadi juara 1 siswa teladan tingkat kota depok, dan mewakili depok untuk menuju seleksi tingkat provinsi –prestasi serupa saya torehkan ketika SMP, namun senasib, tidak mendapatkan gelar apa-apa di level provinsi. Saya ketika SD disanjung-sanjung banyak orang karena kepintarannya, juga kebaikan tingkah lakunya, ya speerti layaknya anak SD yang baik-baik lah. Nah segalanya agak sedikit berubah ketika SMP, yang saya anggap sebagai masa terkelam saya sebagai seorang muslim (moga2 ketika itu belum baligh jadi soanya ga diitung hehe). Akibat salah pergaulan, saya mulai mengenal rokok, cewek (sayangnya ga sempet pacaran hehe :p), tawuran, dll dsb. Tapi memang rasa cinta saya pada ibu yang membuat saya kurang lebih terjaga pada track yang “nggak parah-parah amat lah”, dulu ketika diajakin tawuran, saya nggak tega membayangkan sedihnya ibu andai melihat muka anaknya bengep, atau pulang-pulang mulut bau rokok, ya robbi, serem amat yak ;). ‘Alaa kulli hal, magnet terbesar saya untuk mulai tertarik menapaki jalan taubat adalah abang saya yang sudah mengenal tarbiyah lebih awal. Melihat wajahnya yang teduh, nggak pernah dimarahin sama ortu (saya sehari bisa diteriakin ibu 2-3 kali), akhirnya luluh juga ego ini, mulai lah saya mencoba ikutan mentoring ketika kelas 3 SMP. Lebih sering bolosnya sih, hehe, tapi berkesan banget buat saya. Saya pikir, ini nih jalan yang bener, kalo diikutin mungkin surga bukan cuman mimpi :).

SMA adalah masa perubahan yang drastis. Saya memutuskan untuk berhijrah total, aktif di rohis. My life changed ketika diamanahkan menjadi ketua rohis periode ke-40 ketika itu. Ngeri juga sih. Namun Alhamdulillah jatuh bangunnya saya ketika itu, gagal-berhasilnya segala mujahadah kami ketika itu ternyata memberikan bekas yang sangat luar biasa buat saya tentang makna kepemimpinan, organisasi, manisnya ukhuwah, dan lain sebagainya yang menjadikan saya pribadi yang, kalo kata ibu saya, “Dek-ko berubah ya sejak masuk SMA 8.” –wah berubahnya jadi lebih baik atau nggak nih, nggak jelas juga hehe ;). Ya itulah masa-masanya buat saya “menemukan jati diri” dalam hidup. Subhanallah walhamdulillah…

Lanjut ke bagian 2...

Passenger waited at Kenangan Station


Hanya selintas pemikiran untuk merangkai setiap stasiun kenangan dalam hidup saya menjadi sebuah rute perjalanan yang indah

About Me

Singapore, Jurong, Singapore
Full-Time Undergraduate Student Materials Science and Engineering Nanyang Technological University Singapore