Wednesday, November 19, 2008

Rame-rame di Facebook

Saya lumayan aktif menulis akhir-akhir ini di facebook. So, kalau sempat mampir ya :).

Pilkada dan Selemah-lemahnya Iman

Apa sih yang seru soal Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah)? Yang terbaru tentu saja tentang Pilkada Jawa Timur (Jatim). Warga Jatim baru saja selesai menggelar pemilihan gubernur mereka dengan kemenangan pasangan Pakde Karwo (begitu biasanya orang jawa timur menyebut dirinya) dan Saifullah Yusuf. Cukup menegangkan juga sebetulnya memperhatikan persaingan antara KarSa dengan KaJi (Khofifah - Mudjiono) yang pada perhitungan suara terakhir hanya terpaut 1%.

Beberapa Pilkada besar sebetulnya sudah berlangsung di daerah-daerah vital lainnya seperti jakarta, jawa barat, jawa tengah. Media cetak maupun elektronik tidak pernah lepas menjadikan ajang spektakuler ini sebagai hot news, maklum selama ini kita terbius akan arti kebesaran seorang pimpinan. Namun bicara soal PilGub Jatim, ada satu hal yang membedakan exposure media dalam Pilkada yang harus berlangsung hingga 2 putaran ini: pendanaan alias duit. Kalau rajin membaca harian kompas, belum legkap rasanya membaca Pilkada Jatim tanpa embel-embel isu seputar keuangan. Memangnya ada apa sih?

Tahukah anda, 2 putaran yang dilangsungkan dalam Pilkada ini telah menghabiskan hingga 600 milyar [1]. Kemudian fakta bahwa total 5 pasangan cagub-cawagub telah menghabiskan kurang lebih 30 milyar -itupun hanya data hingga 22 Agustus [2]. Iseng-iseng mencari tahu berapa dana APBD Jawa Timur dalam setahun, ternyata total angka yang saya sebutkan barusan hampir menyamai 10% dana APBD 2008 Jawa Timur! [3]. Jadi penasaran, jangan-jangan dibandingkan dengan dana untuk pendidikan masih kalah besar ya? Itu tadi baru dana untuk Pilgub. Lucu juga setelah mengetahui bahwa untuk Pilkada Bupati sebuah kabupaten Jombang saja menghabiskan dana hingga 32 milyar [4].

Menurut deduksi saya, hal-hal kontorversial yang saya sebutkan tadi tidak lepas dari kenyataan bahwa Jatim memang menawarkan beberapa keunikan tersendiri. Misalnya saja 'penobatan' sebagai provinsi ber-IPM terendah as well as provinsi terluas di antara semua provinsi di pulau Jawa, ditambah lagi satu-satunya provinsi yang memiliki 2 pulau besar terpisah (pulau utama dan madura), masih di pulau Jawa, sentral perekonomian negara ini.

Berbicara soal Pilkada secara umum, jujur saya belum pernah membaca total alokasi dana untuk Pilkada seluruh kabupaten/kota/provinsi, tapi silakan saja teman-teman memperkirakan sendiri dengan statistik: 33 provinsi, 349 kabupaten, dan 91 kota [5]. Untuk beli mie sedaaaap! bisa dapat berapa bungkus ya? Saya suka merenung, kita ini kelewat keblinger, terkadang. Awalnya Pilkada ditujukan untuk megukuhkan eksistensi otonomi daerah. Capek jadi anteknya presiden via mendagri di era soeharto, tapi apakah benar ini solusi terbaik? Sehebat apa sih gubernur/bupati/walikota terpilih itu hingga harus dipilih dengan pengorbanan uang sekian trilyun itu? Apakah kebanggaan sebuah bangsa terletak pada seberapa bebas kita dalam memilih, berekspresi, atau mengungkapkan pendapat? Walaupun di mata bangsa lain mungkin kita terlihat, somehow, so robust [6]. (--> saya sarankan untuk membaca artikel [6] ini hehe, bagus loh...)

Pelaksanaan Pilkada untuk pertama kalinya di kabupaten/kota dan provinsi nantinya akan selesai pada 2010 dan memang penting bagi pemerintah -terutama siapapun presiden terpilih 2009 nanti- untuk mengevaluasi dan meninjau ulang kebijakan ini [7]. Waktunya untuk bangkit, pro kesejahteraan rakyat, hanya itu solusinya.

Mengutip kata-kata dari kawan saya: "Perbanyaklah kecewa pada relita karena itu akan membuat kita dewasa." Yah minimal deh, walaupun hanya selemah-lemahnya iman :) [8].

Singapura,12 November 2008

Maroji':
[7] http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/06/06121499/Pelaksanaan.Pilkada.Perlu.Dievaluasi[8] “Apabila kau melihat kerusakan, maka cegahlah dengan tanganmu, jika tidak mampu cegahlah dengan lisanmu, jika tidak mampu dengan hatimu dan ini termasuk selemah-lemah iman “ (HR. Muslim)

Pertamina Mulai Pasarkan BioSolar Untuk Industri

Silakan baca dulu di http://www.detikfinance.com/read/2008/11/11/155559/1035200/4/.

Saya pikir ini berita spektakuler, karena saat ini dunia memang sedang beramai-ramai mencari alternatif untuk fossil fuel. Diramalkan 2030 nanti fossil fuel akan mulai disaingi oleh energi alternatif (bio, wind, solar). Brazil sudah memulai sejak medio 90-an akhir dan berhasil membuktikan dominasinya di biofuel --> bayangkan aja bikin plastik pake tebu. Indonesia kapan ya? Dengan berjuta potensi alam dan tambang, inovasi dengan modal jarak dan minyak sawit suatu saat akan bikin dunia geger, believe me. Kita tunggu aja tanggal mainnya :).

Ketika Air Mulai Meninggi di Bukit Duri

Barusan membaca berita di kompas.com (http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/14/13595290/Terendam.Banjir..SMA.8.Jakarta.Diliburkan), sekolah saya tercinta banjir lagi -thx buat mas reyhan atas infonya. Katanya sih belum terlalu tinggi. Dari gambar yang dipajang pun terlihat airnya masih setinggi betis. Alhamdulillah, berarti masih belum cukup berbahaya...

"Loh kok alhamdulillah no? Kan enak banjir, kapan lagi..."

Entah saya disangka ikut aliran apa oleh kawan-kawan, sehingga bisa berdiri tegak di barisan yang lain, meskipun terpisah dari mainstream anak 8; coba tebak, ekspresi apa yang diungkapkan oleh anak 8 ketika banjir?

"Asyiik, pulang cepet..."
"Wah libur sampe kapan ya. Enak nih!"
"Aduhhh, kapan ya banjir lagi. Dulu enak banget ya sampe libur lama, kok angkatan gw gak dapet."

Atau komentar lain yang bisa kawan-kawan baca sendiri di artikel di kompas.com. Katanya enak bisa foto-foto, terus di-upload di facebook. Saya sendiri sudah nggak cukup ingat komentar-komentar "kegirangan" dari kawan-kawan saya dulu. Minimal ekspresinya diungkapkan dengan senyum, atau ketawa.

"Loh kenapa dengan itu semua? Bukannya wajar ya?"

Lingkungan memang punya andil besar dalam membentuk kepribadian dan pemikiran kita. Kata pepatah,"berteman dengan penjual parfum, maka kita akan ikut kena wanginya."

Begitupun kondisi kita dan kawan-kawan di sma 8. Semua senang ketika banjir datang. Semua menantikannya. Meski tanpa sadar, bisa jadi kita sedang bergembira di balik penderitaan orang lain. Pernderitaan beratus-ratus masyarakat bukit duri yang sedang pontang-panting memikirkan kejelasan masa depan mereka.

Tidak ada tanda-tanda apapun pada malam harinya. Hanya hujan deras, diliputi angin kencang, mungkin. Keesokan harinya, rumah mereka terendam. Dengan tergesa, mereka memindahkan perabotan mereka ke tempat penampungan. Berapa barang yang rusak ya? TV, dokumen-dokumen, buku, lemari, pakaian. Salah satunya saya ingat ada di depan salah satu sekolah di jatinegara (maaf ada yang bisa ngingetin apa namanya ya? ^^). Hidup terkatung-katung, tidak jelas. Berbagi MCK dengan para pengungsi. Sanitasi nggak karuan. Ibadah pun mungkin terasa tidak nikmat, walaupun bisa jadi semakin khidmat di tengah kesengsaraan.

Saya belom sehebat anak-anak puapala yang di banjir tahun 2004 (atau 05?) terjun lansgung ke sma 8. Mereka naik perahu karet yang bisa digunakan untuk camping, kemudian masuk ke masjid lantai 2, meyelamatkan beberapa warga yang terjebak dalam pengungsiannya. Karena waktu itu seingat saya, air sudah menembus lantai 2. Atau beberapa kawan yang ikut terjun mengirimkan makanan kepada para pengungsi yang terjebak itu. Belum. Yang saya lakukan, mentok, cuman membantu membersihkan lapangan dan masjid ketika banjir 2004. Loncat dari belakang kantin, agak terkejut melihat air yang ternyata belum surut. Itupun sore harinya pihak sekolah memutuskan untuk memanggil blanwir (nulisnya gimana sih yang bener?) dan akhirnya sekolah bersih dalam hitungan jam.

Tapi kawan-kawan, setidaknya saya punya hati. Meskipun saya selalu sedih, karena itulah selemah-lemahnya iman. Tidak banyak berbuat melalu lisan ataupun tangan.

Bagaimana dengan teman-teman? Para siswa maupun alumni SMA 8 dan bukit duri yang sama-sama kita cintai ini? Katanya kita adalah generasi penerus bangsa, yang suatu hari nanti akan membangkitkan negara ini dari keterpurukan :).

Mohon maaf kalau ada yang kurang berkenan :).

Singapur, 14 November 2008
Hanya sebuah kontemplasi ringan
di tengah resesi ekonomi

Passenger waited at Kenangan Station


Hanya selintas pemikiran untuk merangkai setiap stasiun kenangan dalam hidup saya menjadi sebuah rute perjalanan yang indah

About Me

Singapore, Jurong, Singapore
Full-Time Undergraduate Student Materials Science and Engineering Nanyang Technological University Singapore