Wednesday, November 18, 2009

Lama Tak Jumpa

Beberapa postingan terbaru cuman copy paste dari notes facebook. Mendadak terbersit untuk membenahi blog nih hehe ;). Selamat menikmati buat yang belom pernah baca! :)

Ikono
18 Nov 2009

Orang-orang yang Tidak (Mau) Berpikir Besar

Sudah jadi sunnatullah, para pencilan yang berada di kerumunan kebaikan adalah yang merusak. Seperti defects atau cacat pada kristal silikon, yang membuat ia tak lagi punya harga jual untuk dijadikan material penangkap cahaya di sel surya. Seperti retak sesisik di tabung, yang membuat ia tak lagi berdaya guna untuk dijadikan alat bantu reaksi kimia. Seperti pula untaian kata yang menjadi peribahasa syahdu lagi menyayat,

"ulah nila setitik, rusak susu sebelanga";

agaknya telah memberikan gambaran pada kita, keberadaan orang-orang yang menyusup gerbong mainstream pemikiran maju, orang-orang yang tidak mampu berpikir besar, adalah kunci utama kehancuran perputaran roda kebaikan, yang kata Allah dengan manisnya memberikan keyakinan, bahwa perkataan mana lagi yang lebih baik dari-nya? Yang pula dijanjikan oleh Allah sejak unta merah hingga dunia dan seisinya.

Harusnya kisah pemanah di Perang Uhud telah mengajarkan kita pula. Ketika sekian detik mereka terlena oleh kenikmatan semu dunia dan meninggalkan keputusan sang pemimpi(n), lenyap seketika serombongan kereta perjuangan itu. Bukan, bukan karena mereka orang-orang yang hobi melanggar. Mereka hanya orang-orang yang tak mampu berpikir besar, tidak mau "start with end in our mind", hingga mereka terlena dan lebih terbuai dengan pikiran-pikiran kecil yang menjadikan mereka tidak lebih dari sekedar batu kerikil, dan lebih kacau lagi, menghancurkan sebuah sistem perjuangan melawan al-bathil!

Silakan hancur, hancurlah sendiri, jangan ngajak-ngajak. Tapi itulah sekali lagi, efek kehadiran orang-orang yang berpikir kerdil, di tengah-tengah gelombang perlawanan, gelombang keadilan.

***

Hijrah itu, kita maknai sebagai sebuah pencarian jati diri baru kita sebagai seorang muslim. Teringat wasiat Syaikh Al-Qardhawi, beliau berpesan bahwa, jika kejayaan Islam adalah keniscayaan, maka tugas kita lah untuk bertebaran dan menjadi agen perubahan. Tidak hanya di daerah asal muasal kita. Begitupun seharusnya kisah perjalanan kita di negeri singa ini.

Maka pada akhirnya tugas kita lah untuk bersatu, merapikan barisan, menyatukan otak dan pikiran, merangkai potongan lidi demi lidi untuk menjadi sapu yang kokoh yang bisa menerjangkan badai keras, pun sekeras katrina, el-nino.

Kemudian terkumpulnya kita, bukanlah untuk menciptakan kisah-kisah syahwat yang baru! Bukanlah ia hadir untuk justru membuat kita jadi pusing sendiri, saling menuduh, saling memberikan beban baru, dan melemahkan arti kehadiran kita di tanah rantau ini. Itu salah.



Maka pada akhirnya jua lah, tidak ada yang niscaya, kecuali perubahan. Seisi dunia ini berisi makar, beradu kuat dalam merubah, seperti terkandung secara implisit dalam wasiat Ali ra.

"Kebaikan yang tidak terorganisir pasti akan takluk dari kejahatan yang terorganisir."

Maka maknai perubahan sebagai: berubahlah, dan ciptakan perubahan. Bersama-sama. Bukan dengan sendiri-sendiri, semaunya saja, sak-enak-udele-dewe. Berubahlah, untuk tidak lagi menjadi korban arus pemindaian aqidah ngawur, menggerus kebaikan akhlak kita, dan menukarnya dengan yang mazmumah, serta ciptakan perubahan bagi lingkungan kita, dan orang-orang yang kita sayangi di sekitar kita.

Bukankah Rasul kita adalah orang yang paling keras merubah dirinya, bersyukur yang hebat, hingga letihnya fisik tidak menjadikan beliau kendur beribadah malam? Bukankan Rasul kita adalah orang yang paling keras mujaahadah-nya, kesungguhannya, dalam menciptakan perubahan bagi orang-orang terdekatnya? Ialah Rasul, teladan utama kita.

Berapa banyak dari kita yang masih memiliki asa, yang mencintai republik kita seperti ia mencintai dirinya sendiri, bahkan lebih dari itu. Berapa banyak dari kita yang masih memiliki asa, menjadi bagian dari batu bata besar tegaknya kalimatullah di muka bumi ini. Berapa banyak...

Namun berapa besar dari kita yang telah kehilangan asa, hingga mengorbankan cita-cita mulia di bawah kepentingan syahwat. Namun juga berapa besar dari kita yang telah kehilangan asa, hingga menggugurkan aqidah, meletakkannya terhina-dina di bawah sebuah -yang seharusnya menjadi sarana perjuangan, namun di-salah-mengertikan- sistem bernama GPA, transcript, honor. Janganlah begitu.

Ya rabb, ya muqollibal quluub, tsabbits quluubanaa 'alaa diinik.



Janganlah lagi menjadi kerikil dalam jalan juang ini. Janganlah mau menjadi buih penghancur ide-ide besar peradaban. Janganlah terjebak dalam jurang syahwat menjadi penghambat turunnya keberkahan Allah ke negeri ini, dan kita. Jadilah bagian dari yang berpikir besar, sekali lagi, dengan berubah, dan menciptakan perubahan. Karena hanya sayang kita pada Islam, yang menjadikan kita bertahan hingga detik ini hari ini.

Selamat exam. Semoga exam ini menjadi salah satu perangkat jual beli kita dengan-Nya, untuk ditukar dengan surga. :)

Akhukum fillah,
Ikono
Ketua Majelis Pertimbangan Organisasi
KUNTUM Indonesia 2009/10
"Menuju Bulan!"

NASI UDUK (2): Di Kala Duka

Cerita ini saya tulis dulu sekitar Juni 2006, beberapa masa sebelum berangkat merantau ke singapura. Masih dengan idealisme lama, seorang mantan ketua rohis sma negeri 8 jakarta hehe ;). Selamat menikmati ;)

Btw ini pesenannya si adrin, katanya mau nostalgia hehe ;).

Nasi Uduk 2: Di Kala Duka

“Nyam, nyam… Duh, gurih bener nih bakwan. Udah kayak bakwan Itali aja”, Niko bergumam.
“Ngaco ente. Mana ada bakwan Itali, ada juga bakwan Arab”, timpal Ikono, lebih ngasal lagi.
“Udah ah. Aneh banget sih ente berdua. Yang penting kan kenyang. Pak, pentolnya nambah tiga lagi ya!”, seru Diaz.
“Wuuuu, dasar maunya…”, timpal Niko dan Ikono serempak.

Suasana minggu pagi –masih dalam suasana lebaran- di areal asrama UI memang sangat menentramkan hati. Selain sepi, semilir angin yang berhembus, ditambah kicau burung-burung yang merdu benar-benar menghibur para personil NASI UDUK yang sudah terlarut dalam kepadatan aktivitas selama satu bulan ini.

Ya, memang, selama bulan Ramadhan kemarin, NASI UDUK banyak mengikuti lomba-lomba nasyid seperti KNI (Kontes Nasyid Indonesia ), MELASI (Mengarang lagu Islami) dan lainnya. Ditambah lagi, mereka juga baru saja menyelesaikan tugas sebagai panitia DVD-ROM di sekolah mereka. Duduk santai di atas rerumputan yang hijau, sembari bertafakur memikirkan kebesaran-kebesaran Sang Pencipta. Ya Allah, sungguh, Robbanaa maa kholaqta haa zaa baatilaa…

“Wah, emang enak ya, suasana pasca Lebaran. Makan sepuasnya…”, kata Diaz sambil mencomot satu bakwan langsung ke mulutnya.
“Ente gimana pren. Kata Rasulullah , kan harusnya kita sedih, karena bulan Ramadhan yang penuh rahmat dah berlalu”, protes Ikono.
“Lah, kan hati memang sedih, tapi boleh dong perut gembira, iya gak?”, jawab Diaz, sambil tersenyum lepas.
“Dasar bapak ini emang…”, Niko menimpali sambil menggelengkan kepala.
“Eh, iya, ngomong-ngomong yang lain mana nih? Kok gak kliatan sih, udah jam 8 nih…!!”, tanya Diaz.
Saat ini mereka memang sedang menunggu 4 orang temannya untuk latihan nasyid. Siapakah mereka? Mari kita tunggu…
“Tenang aja, 5 menit yang lalu mereka SMS sih, katanya udah di stasiun POCIN (Pondok Cina.Red)”, jawab Niko.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Dari arah danau terlihat 3 orang remaja tengah berjalan elegan (baca : sok keren), layaknya bintang film asal Cina, “V4”. Ya, tentu saja, mereka adalah 4 orang personil NASI UDUK lainnya : Juno, Adrin, Eman dan Dipta! Eh, eh, ntar dulu. Kok cuma ada 3 yang lagi jalan? Berarti yang satu lagi ke mana ya? Penasaran kan? Makanya, ikutin terus kelanjutannya...

“Assalamu’alaikum pren…!! How are you…? Minal Aidin Wal fa idzin ye. Maafin ane kalo ada salah”, seru Eman pertama kali.
“Wa’alaikumsalam”, jawab Niko, Ikono dan Diaz serempak.
“Untung nyadar ente banyak salah. Iye, sama-sama. Maafin ane juga”, balas Ikono.

Kemudian selama beberapa menit kemudian, mereka melepas rindu setelah tidak bertemu sekitar 1 minggu karena libur. Mereka juga saling bermaaf-maafan, sambil berpelukan, memohon keikhlasan teman-temannya untuk memaafkan segala kesalahannya.

“Eh, BTW, Dipta kok gak ada? Bukannya ente pada bareng-bareng ya?”, tanya Diaz kebingungan.
“Loh, ane kira justru Dipta sama ente-ente pade. Makanya tadi gak kita tungguin di sekolah”, jawab Juno.
“Loh, kok gitu sih? Ya udah deh, sms aja. Jangan-jangan dia lupa lagi...”, tambah Niko.
“Ya udah deh, mendingan langsung aja kita mulai. Sekitar jam 2 ane ada janji ama cewe’, eh salah, ama ibu ane…”, kata Adrin.
“Adrin, adrin. Udah pensiun dari kepengurusan rohis langsung deh…”, timpal Juno, sedikit mengejek.
“Ya udah deh, semua duduk dulu…”.
“Eh, bentar, ane balikin piring bakso dulu ya!”, seru Diaz.
“Ya udah sono, buruan. Makan sendirian aje sih, dasar…”, Eman.

Setelah Diaz tiba, nereka membentuk posisi melingkar, seperti sebuah majelis Liqo’at (mentoring.Red).
Dipimpin oleh sang kapten, Eman, “OK, kita buka dengan lafaz basmalah…”
“Bismillaahirrahmaanirrahiim”.

Sesaat kemudian mereka memulai latihannya seperti biasa. Sebelumnya, maaf kalo telat memperkenalkan, NASI UDUK terdiri dari 7 orang. Niko sebagai lead vocal, Ikono sebagai perkusi+vocal, Juno dan Dipta sebagai suara dua, Eman dan Adrin sebagai perkusi dan terakhir Diaz sebagai bass. Hampir satu jam sudah berlalu, setelah mengulang-ulang sekitar 10 lagu, mereka menyudahi latihan mereka.

“Wah, alhamdulillah nih, ternyata 2 minggu gak ketemu masih kompak aje ye! Tapi gak ada Dipta jadi agak susah nih. Ane mesti double job buat negebantu suara tingginya Juno. Ternyata bener ye, perumpamaan muslim itu ibarat batu bata yang saling melengkapi. Kalo satu gak ada pasti jadi timpang”, seru Ikono sekaligus memberikan tausiyah.
“Yo’i setuju banget. Tapi namanya juga NASI UDUK gitu loh! Juara 3 KNI...! (haaah, mimpi kali ye... ;p). Harusnya kehilangan satu personil gak jadi masalah lah”, timpal Juno.
“Hush... Jangan sombong dulu, teman. Nanti rizki kita dicabut tau rasa loh”, timpal Adrin, mengingatkan Juno.
Tuutut... Tuutut...
“Eh, pren. Dapet sms dari Dipta nih!”, tiba-tiba Eman berteriak.
Secara otomatis mereka langsung melingkari Eman yang sedang memegang ENGAGEnya,

AsW. Tmn2, afwan y ga bisa dtg. Ane ada acr klrg. Eh, btw bsk ane mo ngomong sesuatu yg pntg nih! Bsk kita kmpl mingguan sprt biasa kan? Ya udah, ane harap antum pada dateng semua y! Serius pntg bgt nih. SBY-JK (Syukron Banget Ye. Jazakumullah Khair.RED)

“Waduh, gaya banget nih si Dipta pake mo ngomong serius segala. Palingan juga mo nawarin MLMnya seperti biasa, hehe...”, seru Niko. Maklum, si Dipta ini salah satu jagoan bisnis MLM di sekolahnya.
Kemudian Eman memotong, “Ya udah deh, pokoknya buat hari ini udah cukup kan ya? Ya udah disudahi aja deh. Kita tutup dengan do’a penutup majelis”.
“Subhanakallahumma wa bihamdika, asyhaduallaa ilaa haillaa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaiik...”, serempak semuanya.
“Besok jangan lupa kumpul mingguan, istirahat 1 di masjid, ok!”

Setelah itu mereka bersama-sama berjalan menikmati hijaunya alam UI Depok. Merasakan indahnya ukhuwah islamiyah yang dianugerahkan oleh Allah pada mereka.


***

“Pokoknya ane dah mutusin. Kita kan udah kelas 3 nih, udah gak bisa lagi kita bersantai-santai seperti pas klas 2 kemarin. Terutama ane. Ortu ane tuh udah ngelarang ane lagi buat terlalu aktif di kegiatan-kegiatan rohis. Kemaren aja ane gak dateng sebenernya gara-gara gak dibolehin. Pokoknya ane tuh udah diwajibin buat blajar, blajar dan bermain… Hehe, nggak, bcanda lah. Blajar, so pasti. Intinya, dengan sangat ringan, eh maksudnya berat hati, ane menyatakan untuk keluar dari NASI UDUK”, statement yang sangat mengejutkan. Coba tebak, siapakah yang berkata demikian? Dan kali tebakan anda tepat. Orang tersebut adalah Dipta!

Adrin, Eman, Ikono, Juno, Diaz terdiam. Saat ini mereka sedang berada di teras masjid. Seperti biasanya, mereka membuat halaqah kecil. Niko yang sedang mengikuti remedial memang menyatakan untuk tidak bisa hadir di pertemuan mingguan NASI UDUK tersebut.

Eman, sang kapten, mencoba memulai menanggapi, “Dip, ane tau tuntutan dari ortu ente emang berat, tapi gak harus sampe keluar kan ? Kita bisa aja kok mengurangi frekuensi latihan atau gimana kek. Yang penting ente jangan sampe keluar deh…”.

“Setuju, setuju…”, timpal diaz dengan suara nge”bass”nya.
“Iya, lagian juga ente kan megang suara tinggi. Kalo gak ada ente mo siapa lagi dip?”, Ikono mencoba menambahkan.
“Setuju, setuju…”, timpal diaz.
“Dah gitu gimana nih dengan cita-cita kita? Kan dulu kita bermimpi untuk terus menjaga kelompok kita ini sampe suatu saat nanti kita bisa jadi sengetop grup nasyid REHAN ato THE PIKR. Kalo ente kluar, gimana nih...”, tambah Juno, membuat suasana menjadi semakin sengit.
“Setuju, setuju...”, lagi-lagi diaz menimpali.
“Ente apaan sih? Setuju-setuju doang dah kayak anggota MPR aja...”, balas Adrin.
“Hehe, kalo ane sih apa aja gak masalah deh. Yang pasti nih HaPe permainannya seru juga ye, man”, jawab Diaz yang sedang asyik memainkan ENGAGEnya Eman.

Serempak, semua yang hadir menggelengkan kepala sembari tersenyum kesal. Mungkin dalam hati mereka, “fuuuhhh... emang nih orang. Sabar... sabar...”.

Si suara merdu, Dipta, yang ikut tersenyum juga mencoba menjelaskan lagi kepada teman-temannya, “My pren yang dirahmati Allah, afwan. Ini udah jadi keputusan ane. Lagipula keluarnya ane kan buka berarti segalanya. Antum bisa aja kan mencari personil baru buat menggantikan ane. 150 siswa angkatan kita masa sih gak ada yang bisa gantiin ane buat megang suara tinggi? Agus IPA J, trus Pangeran IPA L ato Agam IPA X kan bisa tuh diajak gabung. Pokoknya keputusan ini udah final. Ane minta pengertian dari antum semua untuk bisa melepas kepergian ane ini. Maaf kalo gak bisa menuhin janji untuk tetap setia yang dulu pernah kita ungkapkan (ceileeee... kayak suami-istri aje... ;p). Afwan kalo agak egois, tapi ane yakin inilah yang terbaik buat ane, dan buat kita semua”.

Lagi-lagi semua hanya bisa terdiam.

“ZZZIIINGGG, kok diem aja. Ada apa nih?”, tiba-tiba Niko datang, memecahkan suasana beku saat itu.
“Remedialnya udah, ko? Bisa?”, tanya Dipta.
“Alhamdulillah lumayan lah. Ya udah, trus ada apa sih nih? Kok kayaknya pada serius banget sih?”
Eman menjelaskan semua pembicaraan yang baru saja terjadi kepada Niko.
Setelah Eman selesai bercerita, sambil menganggukkan kepala, niko berujar, “Ya udahlah. Gak masalah kan. Toh Dipta sudah memutuskan. Apa hak kita buat ngelarang, iya gak?”.
“Iya sih, tapi...”, Adrin menjawab dengan ragu.
“My Pren, setiap kita pasti memiliki prioritas. Dan kita kudu menghargai prioritas itu kan? Ayolah, hargai Dipta. Dia sudah membuat keputusan. Dan kita harusnya menghargai keputusan tersebut”, tambah Niko.

Lagi-lagi suasana hening sejenak, sebelum Eman memutuskan, “Ok, ok. Kita perlu waktu buat bepikir. Ane kasih waktu 3 menit, masing-masing harap menyumbagkan pendapatnya perihal : Setujukah anda kalau Dipta keluar dari NASI UDUK? Ok, waktu 3 menit mulai dari sekarang”.

Semua berpikir keras. Mungkin ini akan jadi suatu hal yang sangat sulit buat mereka, dan 3 menit sudah berlalu...
“Baiklah, sekarang ane minta semuanya fokus. Ane minta setiap orang menjawab ya/tidak, beserta alasan singkat. Dimulai dari Ikono”.
“Mmmm, ya, ane setuju. Ane setuju sama pendapatnya niko”.
“Cukup, berikutnya Juno”.
“Ya, sama seperti Ikono”
“Syukron. Berikutnya, apakah ada yang memiliki pendapat yang sama dengan Ikono, Juno dan Niko?”.

Adrin mengangkat tangan.

“Berarti tinggal Diaz. Gimana yaz, ada pendapat yang lain gak? Dari tadi ente diem aja”.
“Gak kok. Ane setuju. Satu pesan aja buat Dipta. Silakan akh, kalau ente pingin keluar dari kelompok nasyid ini. Buat ane gak ada masalah, karena ane setuju dengan pendapat niko tadi. Tapi, satu hal, ane harap ente gak kluar dari jama’ah da’wah ini. Nasyid bukan segalanya, tapi ingat, kita adalah da’wah, kita adalah perjuangan. Nahnu du’at qobla kulli syaii’. Setiap kita adalah da’i sebelum segala sesuatunya. Ane harap, akademis tidak menghalangi ente untuk tetap beramal konkrit dalam da’wah yang mulia ini. Dan ane harap ini bukanlah akhir dari ukhuwah NASI UDUK kita. Coba aja ente inget-inget saat-saat kita pertama kali terbentuk dulu, trus juga suka duka kita mengikuti lomba-lomba, pentas di walimahan dan lainnya. Afwan kalau jadi agak serius, tapi pokonya tetep semangat ya akhi”, Diaz menanggapi, diakhiri dengan senyum simpul yang manis.

Untuk sekian kalinya suasana menjadi hening. Walaupun dalam hati, mungkin mereka berkata, “tumben si diaz ngomongnya bner, hehe”. Suasana haru tak dapat disingkirkan lagi.

Sekaligus memecah keheningan, Eman menyimpulkan,”Baiklah. Ane kira kita udah sepakat ya. Dengan ini ane selaku kapten NASI UDUK menyimpulkan, Dipta diberhentikan dengan tehormat dari tim nasyid NASI UDUK. Saksinya seluruh personil NASI UDUK. Apakah keputusan ini bisa disahkan?”.
“SAAHH...!!”, semua menjawab serempak.

Sesaat kemudian, nuansa kesedihan tak dapat dihindari lagi. Semua bergantian memeluk Dipta. Satu per satu memberikan semangat, meminta maaf juga mengucap janji-janji setia untuk tetap menjaga ukhuwah di antara mereka selamanya.


***

PS : Bwt dipta, nyante aja kali. Gw bukan mo ngusir ente dari tim kok, hehe... Bwt diaz, bcanda kali. Jangan marah kalo ente jadi tokoh “aneh” di NASI UDUK. Bumbu doang, ok...=). Yaah, memang duka tak bisa dihindarkan dalam lika-liku perjalanan kita, btul...?
ukhuwah fillah

NASI UDUK (1)

Jum’at siang di Masjid Darul Irfan, masih dalam suasana liburan Ramadhan. Tujuh Anak Rohis sedang ngobrol.

“Duh, perasaan liburan gini bukannya malah produktif, malah jadi serba males. Mana kantong kosong pula. Mo nonton juga mikir-mikir”, gerutu Diaz, sambil merogoh-rogoh kantongnya yang memang hampa tak berisi.

“Ah, ente pikirannya nonton mulu… Mending juga ngaji. Udah gratis, dapet ilmu, dapet pahala pula! Apalagi ini lagi bulan Ramadhan. Kata Ustadz Sanusi, kalo kita beribadah di Bulan Ramadhan tuh pahalanya bakal dilipat gandain. Tul gak…?”, Adrin menimpali.

“Udeh ah, ribut aje! Jadi latian gak nih? Masa’ udah 2 minggu gak latian-latian. Mo dibawa kemane tim nasyid kita, pren…?” tanya Eman penuh semangat empat-lima.

“Iye, bener. Perasaan ngomong mulu mo latian, ga pernah jadi-jadi. Kita tuh mesti selalu konkrit, konkrit dan konkrit… ‘Cool banget ga sih gaya gue’ (sambil gaya kaya si Melky “Bajaj” tuh…)”, timpal Ikono, yang malah bikin suasana jadi tambah gak jelas.

“Ya udah lah, kita mulai aja deh. Udah kumpul semua kan? 1, 2, 3, …… 7, nah sipp! Berarti bisa kita mulai nih!” seru Eman yang sepertinya sudah agak emosi melihat teman-temannya yang mulai kena sindrom ‘gazebo’ itu.

“OK deh, lagu pertama apa nih?” tanya Dipta.
“So pasti lagu andalan kita, AGeJe”, jawab Niko. “OK, kita mulai ya…”
“Yuuuk…”, jawab semuanya serempak dan langsung saja mereka mulai menyanyikan lagu pertama, kedua dan seterusnya, sambil terus diulang-ulang sampai lancar. Hingga tak terasa dua jam telah berlalu, mereka memutuskan untuk menyudahi latihan dan pulang ke rumah masing-masing.

* * *

Keesokan harinya, Niko dan Dipta pergi ke rumah Juno untuk bermain tenis meja bersama-sama. Setelah bermain selama beberapa set, mereka memutuskan untuk beristirahat sebentar di kamar Juno.

“Wah, seru juga tadi maennya. Ente ternyata jago juga Dip!” Juno memulai perbincangan.
“Ah, biasa aja. Faktor gen kali. Maklum, abi ane kan mantan petinju…”, balas Dipta.
“Lho, kok gitu? Keluarga yang aneh…”, kata Niko, melengkapi ke’unik’an seluruh peserta perbincangan,, anak-anak zaman sekarang…. “Eh, by the way, gimana nih DVD-ROM kita? Terakhir ane denger defisit masih 10 juta?”

“Iye tuh. Tau, si Adrin. Kebanyakan TePe, kagak pernah mikirin DVD-ROM. Pusing juga nih ane… Gimana ye caranye dapet duit 10 juta, sementara sekarang udah H-2 minggu?” Juno, koordinator dana DVD-ROM mulai kebingungan. Maklum, DVD-ROM adalah kegiatan sanlat tahunan yang sering kali ditafsirkan sebagai first impression anak-anak baru dengan ROHIS.

“Eh, ane ada usul nih. Iseng-iseng aja sih. Gimana kalo kita ngamen aje di bis ato di kereta? Kan lumayan tuh, sehari aje, mungkin kita udah bisa dapet sekitar 200 ribu. Gimana menurut ente?” usul Niko.

“Ngamen? Gak ahsan dong akhi… Masa anak ROHIS nyanyiin lagu-lagu cinta-nya FETER FAN or SLANG gitu? Yang bener aje ente…”, timpal Juno, agak kurang setuju dengan usul Niko tadi.

“Yee, sape bilang nanyi lagu kayak gituan. Ya nyanyi nasyid lah… Kita kan Tim Nasyid? Gimana sih…Lagian kan ini lagi bulan Ramadhan, orang-orang kan juga udah pada biasa lah sama nuansa-nuansa keislaman. Itung-itung dakwah juga kan…”, balas Niko enteng.

“Wah, ane setuju banget tuh! Top juga tuh idenya! Ya udah deh langsung aja kita jalan besok, gimana?” tanya Dipta penuih semangat.

“Ooooh begitu… Okeh… Boleh juga tuh! Ane bikin jartel aje ye buat besok. Kita kumpul aje di sini, trus bareng-bareng jalan ke terminal Pulo Gadung. Kan banyak tuh PATAS-nya. Gimana?” tanya Juno.

“Yuuuk…”, jawab Dipta dan Niko serempak. Langsung Juno mengambil En_gage-nya dan meng-sms anggota yang lain untuk persiapan besok:

Ass. Bsk kmpl di rumah Juno jam 9.00 tepat, ga pake tlat. Ada agenda pntg ampe sore. Siapin wkt. Syukron. Forward! Juno-Ikono-Adrin-Diaz-Eman

* * *

“Haah, ngamen? Dahsyat juga antum, idenye… OK deh, langsung aje deh kita jalan. Btw ga perlu latian lagi kan?” Ahad pagi, Ikono begitu bersemangat setelah diceritakan mengenai rencana ngamen di PATAS.

“Wah, keren juga tuh bro… Lumayan, tepe-tepe di depan banyak orang…”, timpal Diaz, sambil senyum-senyum.

“Waaaah, ente niatnya udah salah tuh akh. Inget dong lagunya Tim GRADATOR, ‘Hanyalah Untuk Allah…’. Jangan sampe niatnya buat gaya-gaya doang. Btul gak?” seru Adrin, mencoba untuk meluruskan.

“Becanda lagi…”, balas Diaz datar.
“Eh, tapi kita kan belom bikin nama tim…”, Eman mengingatkan.
“Nah, ane ada usul nih. Sebenernya udah dari dulu sih... NASI UDUK aja, gimana? ‘NASyid Islami Untuk Menghibur DUKa’. OK, kan?” Niko mengusulkan.

“Agak maksain sih, tapi keren juga tuh. Ya udah, itu aja gimana…? Setuju semua kan, dari pada bonyok…?” tanya Ikono.
“Setuju…!!!” timpal semuanya, kompak.

“Ya udah deh, kita jalan aja. Udah lengkap kan bertujuh? Yuk deh, langsung ke Terminal aje”, timpal Juno.

Mereka langsung menuju ke terminal Pulo Gadung dan mencoba mencari ‘objek dakwah’ pertamanya…

* * *

“Ini aja nih. Pulo Gadung-Depok, masih kosong”, usul Eman.

Setelah bernegosiasi dengan kondektur –sekaligus menjelaskan maksud ngamennya-, mereka langsung memulai aksi pertama mereka.

“Bismillahirrahmaanirrahii
m, assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakaatuh. Mohon maaf mengganggu anda semua, kami dari Tim Nasyid NASI UDUK ingin sedikit menghibur bapak dan ibu semua ……………………………”, Ikono memulai aksi NASI UDUK dengan pembukaan yang singkat, padat dan jelas.
“Baik, kami mulai saja, lagu pertama dari kami, AGeJe, selamat menikmati”. Langsung saja mereka menyanyikan lagu andalan mereka. Dilanjutkan dengan lagu kedua, ketiga dan seterusnya, mengiringi perjalanan para karyawan dan pekerja kantoran yang sedang suntuk, karena hari Minggu pun mereka harus masuk kerja.

Sampai di Lenteng Agung, setelah menempuh sekitar 1 jam perjalanan, mereka memutuskan untuk menyudahi penampilan mereka dan mulai menarik imbalan seikhlasnya dari penumpang PATAS.
“Yak, NASI UDUK mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu semuanya. Semoga anda semua selamat sampai tujuan. Mohon maaf jika kehadiran kami mengganggu anda sekalian. Billaahittaufiq wal hidayah, Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakaatuh”.

“Ayo pren, kita turun”, seru Juno ke yang lain.
Mereka turun tepat di pintu tol Lenteng Agung, bersama dengan beberapa penumpang yang dari seragamnya dapat dipastikan bahwa orang-orang tersebut adalah karyawan Perusahaan Aneka Tambak.

“Eh, dapet berapa tadi? Itung dong buruan! Sapa tau bisa buat makan-makan…”, seru Diaz.
“Wah…parah tuh… Ente bagemane! Nih duit kan kita niatin buat nambah kas DVD-ROM! Masa anak ROHIS korup…”, timpal Niko, kurang setuju dengan pendapat Diaz.
“Yee, kan becanda lagi,, Dianggep serius amat…”, balas Diaz. “Ya udah, diitung sambil jalan aja deh”.

Mereka berjalan pelan menyusuri jalan Simatupang, tiba-tiba terdengar seseorang yang memanggil.

“Hei, mas-mas, tunggu sebentar. Saya mau bicara sebentar sama anda semua”, kata orang yang tak dikenal tersebut, spontan membuat mereka semua berhenti berjalan.
“Maaf, perkenalkan, nama saya Muhammad Rifki, panggil saja saya Rifki atau Mumu. Saya direktur ANI, Akademi Nasyid Indonesia. Tentunya anda semua sudah tahu kan tentang ANI…?”, tanya Pak Mumu. “Dan kebetulan tadi saya naik PATAS tempat kalian ngamen, ehm, terus terang, saya sangat terkesan dengan kemampuan olah vokal kalian. Terutama kekompakan kalian”, tambahnya.

“Sumpeh pak…? Bener tuh…? Perasaan tadi kita biasa aja deh…”, tanya Dipta, agak kurang percaya.

“Bener deh, gak mungkin saya salah…! Kemampuan kalian tadi sudah selevel dengan tim nasyid taraf nasional, seperti GRADATOR, SNODO atau juga JASTIS FOIS…!” tambah Pak Mumu, yang bnar-benar membuat anak-anak NASI UDUK ‘terbang’…

“Nah, begini, langsung saja, saat ini saya sedang mencari satu tim nasyid baru untuk dijadikan pelengkap di album kompilasi ‘Nasyid Rookie 2006’, dan saya bermaksud menawari kalian. Ayo, gimana…?” tanya Pak Mumu.

Anak-anak NASI UDUK mulai kelabakan. Diaz, saking tidak percayanya, ia sampai menampar pipinya sendiri…

“Eh, gimane bro, ambil gak…?” bisik Juno ke yang lainnya.
“Ya udah lah ambil aja, kapan lagi men, bisa rekaman…! Iya gak…?” timpal Eman.
“OK-OK, ane tanya ke semuanya, mo kita ambil ato nggak nih…?” tanya Ikono.
“AMBIIILLL….!!!” jawab semuanya kompak.

“Baik, deal ya… OK, untuk perencanaan awal kita, saya tunggu kalian besok, jam 9 pagi, di kantor pusat ANI, jalan Jendral SoedirBoy no 999. Makasih semuanya, mohon maaf saya agak buru-buru, masih ada urusan lain. OK, saya tunggu besok, Assalamu’alaikum…”, Pak Mumu langsung pergi meninggalkan NASI UDUK sambil tersenyum gembira penuh kemenangan.

“Alhamdulillaahirabil ‘aalamiin… Ayo semua takbir yah…!! ALLAHU AKBAR…!!”

“ALLAHU AKBAR…!!”

* * *

“Yaz, bangun, yaz. Udah subuh nih. Susah amat sih dibangunin…”, seru Ikono.
“Apa apaan sih ente? Loh ngapain, kok ane ada di tempat tidur?” Diaz kebingungan.
“Ada-ada aje, ente mimpi kali tuh…”, tambah Ikono.
“Yaaah, Cuma mimpi, siaaaaal…….”.

* * *

“Hasil karya besar itu berawal dari sebuah mimpi sederhana”…=p
Tetep rajin latian ye…

Tsunami, Nikah, dan Yunus

Aceh memang negeri sejuta hikmah, setidaknya buat saya personally. Unik karena banyak hal, juga tentunya tsunaminya. Cuman di aceh, daerah yang memiliki plang pengumuman di jalan-jalan bertuliskan "jalur evakuasi tsunami".
Sekali waktu saya coba ke pantai laut hindia-nya meulaboh, dan merasakan ombak setinggi 2 kali tinggi rata-rata orang indonesia dewasa. Yang pertama ada dalam benak saya adalah,"Gimana sih rasanya diserbu ombak tsunami?" Akhirnya saya sengajakan-lah diri ini untuk diamuk ombak, dan "Oh kira-kira begini rasanya..."

Kata orang-orang lokal,"Airnya setinggi itu mas!" sambil memberikan isyarat ketinggian kurang lebih setara dengan tiang listrik standar, "Arusnya kenceng mas, nggak sempet lagi lari!"

Bang Dian rohimahulloh, sahabat terdekat saya ketika di aceh pernah bilang begini,"Wah ngeri dulu mas! Rasanya tuh udah kayak kiamat kecil aja. Langit gelap gulita, terus bener-bener jalanan itu terbelah dua; terbuka, terus tertutup lagi. Mayat-mayat berhamburan di depan mata."

Pak supir kami dengan sangat berapi-api menceritakan pengalaman spiritualnya,"Ada mas, yang meninggalnya itu masih utuh pake jilbab, gak masuk akal kan... Ada juga yang tanpa sehelai kain pun. pernah kejadian, ada orang yang suka nyolong cincin dari mayat-mayat, besoknya dia langsung jadi gila. Pasti gara-gara kualat itu mas."

kembali ke bang dian, "Efeknya mas ya, percaya nggak, entah kenapa orang-orang setelah periode tsunami itu mendadak jadi banyak yang langsung nikah!" Mumpung sempet, gitu kali ya di benak mereka :).
"Selain itu mas, orang-orang tuh pada tobat setelah itu. Langsung solatnya jadi rajin, masjid rame", lanjut bang dian.
"Tapi nggak lama sih itu mas, abis itu ya lambat laun balik lagi kayak dulu, lupa lagi. Maksiat lagi..."

Saya langsung teringat ayat yang selalu bikin merinding setiap saya baca di surat yunus:

22. Dialah yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatannya kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata): Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.
23. Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenimatan hidup dunia, kemudian kepada Kamilah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.



Wallahua'lamu bishshowab

Pesimisme dalam Optimisme

Nuansa berbagi optimisme rasanya cukup tersalurkan melalui seminar politik, KBRI 29 agustus kemarin. Walaupun, misalnya, mas anas menyampaikannya dengan bahasa "kebiru-biruan", juga klaim "akademisi-objektif-optimi
s" yang ternyata sama sekali tidak objektif dari bang bima, tapi pesan optimisme itu tetap tersampaikan ke relung alam bawah sadar saya. Mohon maaf saya agak kurang memperhatikan bagiannya pak nasir tamara, yang jelas beliau sangat berapi-api hehe.

Namun dari sekian energi optimisme yang disalurkan kemarin, saya merasa ada 3 gagasan spesifik yang perlu dipertanyakan tingkat kemungkinan attainability-nya, in other words, saya harus jujur bahwa saya pesimis.

Tiga hal tersebut disampaikan masing-masing, 1 oleh mas anas, dan 2 oleh bang bima pertaining to:
1. Perjodohan antara legislatif dan eksekutif hasil pilihan rakyat
Mas Anas menyampaikan dengan sangat runut, elegan, dan matang, tidak ada celah. Namun tak bisa dipungkiri ada satu flaw yang, tidak bisa disalahkan ke mas anas, tidak bisa dijawab yaitu mengenai govern-ability-nya kepengurusan 2009-2014.

Memang betul segalanya akan lebih harmonis, segalanya akan lebih memudahkan bagi pak SBY dan rekan-rekan demokrat untuk mengurusi pemerintahan, tapi apakah itu jaminan bahwa 5 tahun ke depan akan lebih baik? Demokrat itu partai baru yang diisi orang-orang yang, istilahnya, "Eh gw baru tau loh ketua umumnya namanya Hadi Utomo." Beda dengan misalnya golkar, ambil contoh priyo budi santoso yang membangun karir dari nol di DPR, atau juga suripto-nya pks yang memang pakar di bidangnya sehingga mampu membidani segala urusan terkait keamanan dan intel. Lantas kebijakan macam apa yang akan dibangun oleh orang-orang DPR dari demokrat yang masih baru-baru, dan juga kurang menguasai kepakaran tertentu, yang sekarang menguasai parlemen? Mari kita nantikan.

Demikian juga governability pak sby, yang mohon maaf, bukan yang the best menurut saya. 2004-2009 kemarin pak SBY harus bersyukur punya pak JK yang merupakan pilihan dagang politik, bukan murni pilihan profesionalisme. Hal serupa juga berlaku untuk menteri pertanian yang sangat terkenal akan keberhasilan swasembada pangannya, yang sayangnya pak menteri terkait pun datang dari pilihan politis. Yakinkah anda pak SBY bersama dengan demokratnya sebegitu hebatnya memilih serta menjalankan pemerintahan 5 tahun ke depan? Mari kita nantikan.

2. Membudayakan meritokrasi di partai
Ini yang paling harus saya akui, saya pesimis sekali ini tercapai dalam kurun 5-10 tahun ke depan. Kita lihat PAN jadi partai artis, dan ternyata berhasil menggerus suara lumayan besar hasil dangannya tersebut. Partai demokrat yang merupakan partai baru, tentu masih perlu mengenyam asam garam perpemiluan dan perpolitikan lagi sebelum bicara meritokrasi, ya namanya juga partai baru... Nggak kaget kalo public figures beberapa ada yang masuk. Contoh lain, partai lain yang tidak mau saya sebutkan identitasnya, yang murni, asal duit banyak ya maju. Mungkin hanya golkar dan pks yang kelihatannya memiliki harapan untuk merapikan struktur kaderisasi penokohan dalam waktu dekat, walaupun kita tidak tahu di belakang itu apa yang bermain. Bisa jadi proses meritokrasi berjalan baik, namun apa lah artinya kalau pada proses awal ada permainan "anak gubernur" atau "anak businessman".

Mencoba membuat sedikit simpul dengan pidatonya mas anas, memang kepartaian ini lah konstituen yang paling rumit yang paling banyak uncertainties-nya. Bisa jadi demokrat dan SBY membawa perubahan pada level makro, namun untuk merubah budaya kepartaian rasanya permeability-nya belum segitunya.

3. Menjadi oposisi informal
Pada pernyataan terakhir, bang bima mengajak seluruh hadirin untuk bersama-sama mengontrol pemerintahan dan menjadi oposisi informal. Sayang sekali karena statement ini membuat 20 menit-nya bang bima jadi kurang cantik closingnya, karena ya jelas, itu ajakan yang nggak konkrit, apalagi buat masyarakat yang berdomisili di luar negeri.

Hari gini komplain lewat email? Hari gini ngeluh ke diknas? SMS ke HP-nya pak SBY? Yah saya sih pesimis :).

Tapi di luar 3 hal di atas, saya setuju kok dengan semua isi pidato lainnya. Terutama dengan tema yang juga dihubungkan dengan bukunya pak nasir tamara "The rise of Indonesia". Kita insya allah akan bisa rise, asalkan kita optimis :).

Iko
Gatel pengen nulis walau ga ada isinya
...Ngabuburit...

Facebook Parental Advisory

Salah satu teguran yang sangat sering, berulang kali disampaikan oleh ayah saya adalah: "Jangan ngebut, bawa motor pelan-pelan aja!" Tapi percaya atau tidak, apalagi yang pernah nebeng my lovely karisma atau vega, cbr, atau ybr, saya pasti nggak pernah nurut tuh! Bukan durhaka atau gimana nih, saya insya allah masih pada level anak yang nurut lah untuk perintah yang lain, kecuali yang satu itu... Usut punya usut, awalnya pas ibu cerita ke saya, "Halah bapakmu dulu itu kerjaannya kebut-kebutan. Knalpot dilepas biar berisik. Dimodif-modif biar makin ngebut." Nah loh, ketauan deh!

Saya tertarik banget untuk mencoba mengaitkan secuil kisah unik di atas dengan fenomena candu "facebook" yang muncul belakangan ini. Awalnya ide ini terbersit ketika saya iseng-iseng mengklik 'show older posts' di bagian paling bawah di setiap page buntu. Terus, terus, dan terus... hingga ketemu "Radyum Ikono has joined facebook." Dan dari titik itulah perjalanan kegilaan kita di facebook hingga hari ini dimulai. Bersih sekali memang pengarsipan yang dilakukan oleh facebook. Namun ternyata...

Di situlah letak permasalahannya. Bayangkan 10 tahun dari sekarang kita mendapatkan friend request dari Ahmad Nano Cobalt. Dag dig dug bisa jadi jantung ini dibuatnya, karena si Cobalt ini adalah putra pertama kita! Kisah berikutnya agak sedikit saya rekayasa, karena sebetulnya pilihan si bapak 1 orang anak ini sangat banyak, cuman kita buat jadi menarik lah di sini. Ya anggaplah si bapak ini saking banyaknya friend request akhirnya nggak sempet ngecek nama satu per satu, langsung lah di-accept semua tanpa sadar. Dan hancur lah semuanya seketika...

"Astagfirullah.. Ni bokap gw? Narsis amattttt...", setelah menelusuri 1000 foto dari zaman kita masih SMA, dibumbui dengan gaya-gaya manyun, monyong, mangap, mingkem, dan m-m lainnya.
Pasca melihat gaya-gaya kita pas kuliah taun pertama, "Masya Allah, ni anak org siapa digandeng2?? Ksian amat nyokap gw pernah diduain dulu, hiks... Udah gitu genit amat yak ngegodain cewek mulu..."
Yang lebih parah,"Huaaaa, bokap gw kok ngomongnya kasar banget, apaan ini binatang2, kelamin2 keluar smua :(....."
Udah gitu, "Hahahahaha ketauan kan pas SMA males belajar, HER melulu!"
Si Cobalt diam seribu bahasa pas baca status di bokap pas SMP, "Ah gatel nih mulut blom nge-sam soe!"

Dan lain sebagainya yang terlalu gak-tega-lah saya ilustrasikan di sini. Ya kalo saya sih, tipe orang yang sangat memedulikan pendidikan rumah, jadi ya hal di atas sangat-sangat merisaukan sebetulnya.

Sederhananya, kalau generasi kita sekarang, amat sulit untuk men-trace rekam jejak ayah bunda kita ketika muda dulu, paling banter ya hanya kisah-kisah dari mulut ke mulut yang validitasnya bisa jadi sangat rendah, perawi-perawinya pun boleh jadi sangat subjektif. Maka nggak heran, generasi kita ini tipe-tipe yang hormat betul sama orang tua. Kalau buat saya, ayah itu sosok yang harus, dan memanglah begitu, sangat berwibawa, kepala keluarga yang nggak pernah salah, dan lain sebagainya, termasuk setiap perkataannya harus dituruti, karena pasti benar.


Nah bagaimana cerminan anak-anak kita di generasi mendatang? Inilah bahayanya, karena teknologi semakin maju. Kita yang sekarang punya blog, facebook page, kemudian juga foto-foto dari kamera digital, sms-sms di HP kita, bisa saja menjadi bumerang tersendiri buat kita yang para calon orang tua (amin, karuniakanlah Ya Rabb...) ini. Minimal, pasti akan ada sekali, anak kita searching di google, misal, "Radyum Ikono". Alih-alih keluar hasil yang membanggakan bagi seorang anak, ternyata justru membuat si anak hilang kepercayaan pada si babe ato nyak.

Closing, pas anaknya pulang dari warnet, bapaknya marah-marah,
"Cobalt, sini kamu! Ketauan ya udah berani ngerokok. Kamu itu masih SMA, mau jadi apa nanti?"
"Lah, dulu bapak malah SMP udah mulai ngerokok..."
"Eh kamu kok gitu jawabnya sama orang tua. Lagian kamu dari mana aja? Jangan facebook-an mlulu, masa maen dari subuh sampe ashar!"
"Ah bapak juga dulu gitu kan kalo udah facebookan? Sampe lupa solat"
"Eh sembarangan ya kamu! Udah sana masuk kamar, belajar buat ulangan!"
"Ah bapak aja dulu nggak pernah bgelajar kalo mau ulangan, buktinya HER terus kan......"
"Kurang ajar ya kamu, mau bapak jewer, hah?!"
"Hahahahah, dulu bapak nangis ya pas SMP di jewer sama mbah, ada fotonya tuh..... Hahaha"
PLAKK... BUG.. JEDER....

Bubar semuanya. Facebook parental advisory: Waspadalah, kalo nggak pingin rumah tangga anda hancur gara-gara facebook!

Mari menjadi orang tua yang baik :),
Ikono

Robbanaa Hablanaa min azwaajinaa wu zurriyyaatinaa qurrota a'yun. Waj'alnaa lil muttaqiina imaama
(Ya Rabb karuniakanlah kepada kami istri-istri dan anak-anak yang menyenangkan pandangan mata, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa) -- Al Furqon:74

Aa Gym yang Kucintai Karena Allah

Ahad pagi menuju siang, agak sedih karena datang terlambat 'konser'nya si Aa di KBRI Singapura. Sejak lama saya memang senang sama ceramah beliau, dibalik setiap hujatan, hinaan, serangan yang menerpa.

Tapi alhamdulillah Allah memberikan salah satu insight yang sangat menarik buat saya, ketika ada seorang penanya terakhir di sesi tanya jawab memohon penjelasan si Aa seputar polemik poligami beliau. Dan alangkah manisnya jawaban beliau tadi --> diplomatis dan politis ;):
"Kesalahan da'wah saya setelah saya renungkan, yang pertama adalah karena saya tidak pernah memberikan ceramah tentang tauhid sebelum ini. Memang enak ngasi materi tentang akhlak, tapi saya lupa bahwa tauhid adalah fondasinya. Seorang anak nggak diajarkan untuk solat terlebih dahulu, tapi "laa tusyrik billah"-jangan mensyirikkan Allah- dulu pada awalnya."

Ada sebuah kisah menarik Rasulullah yang coba dianalogikan oleh si Aa. "Lihat Rasulullah. Beliau akhlaknya baik. Ke mana-mana orang seneng, mempercayai beliau. Tapi begitu beliau menyampaikan masalah tauhid, orang kabur semua, nggak ada yang suka. 13 tahun di mekah, yang beliau sampaikan hanya aqidah: jangan menyekutukan Allah dst." Ibarat di tissue engineering, we need scaffold in the first place, supaya tissuenya bisa grow and proliferate completely hehehe...

Kemudian beliau menambah poin yang kedua, yaitu masalah figuritas. Penekanan beliau adalah bahwa selama ini orang mengelu-elukan beliau seperti artis. Ke mana-mana minta difoto, sampai-sampai ke pesantren mesti berdiri 3 jam untuk antrian foto. Dan beliau menyadari hal tersebut memberi dampak yang buruk. Saya jadi ingat ketika awal-awal beliau masuk ke komplek perumahan saya (tetanggan nih sama aa gym hehe), beliau menyelenggarakan open house di rumahnya. Sepatah kalimat yang beliau ucapkan yang disampaikan ulang oleh ibu saya, "Pak, bu, saya baru pertama kali merasa jadi orang biasa di sini. Ke masjid, pulang, ngurus anak, istri. Bertetangga. Dulu saya nggak bisa begini. Saya terus terang merasa bersyukur, ada hikmahnya hujatan-hujatan ke saya selama ini."

Kemudian dilanjutkan oleh beliau dengan 'hiburan' ke-poligamian-nya. Intinya,"Ya istri kita kan sudah ditakdirkan. Kok giliran saya gak boleh..." hehe. Ditutup dengan muhasabah yang menggigit khas Aa gym, pagi itu betul-betul memberikan banyak hikmah kehidupan buat saya, alhamdulillah... Semoga beliau selalu diberkahi dalam setiap langkah hidupnya, amin :)

*kutipan-kutipan di atas ada yang ditambahkan dan dikurangkan, karena ga tau persisnya gimana. mohon maklum :)

Kenapa Singapura Membajak Kita?

KOMPAS hari ini menulis "Singapura Buru Siswa Brilian". Brilian yang kelihatannya didefinisikan sebagai para juara-juara olimpiade, dan anak-anak terbaik di sekolah-sekolah unggulan dari berbagai daerah di Indonesia. Dalam satu tahun ajaran, tercatat sekitar 200-250 anak-anak 'brilian' ini pindah kampung ke Singapura. Namun kalau ditelusuri secara mendalam, sebetulnya apa sih tujuan singapura merekrut anak-anak berpotensi ini? Apakah memang mereka betul-betul berniat 'membajak' kita?

Kalau ditanyakan ke orang-orang singapur, mereka memang cenderung menjadikan program beasiswa besar-besaran ini sebagai bahasa diplomasi terhadap negara tetangga. Saya pernah menanyakan tentang masalah ini kepada salah seorang petinggi dean of admissions, Mr. Ronald. Jawaban beliau, kurang lebih,"Singapura ingin merekrut anak-anak terbaik dari bangsa tetangga. Kita didik mereka sebaik mungkin di sini. Kemudian ketika mereka sudah menadapatkan banyak hal dari Singapura, mereka akan merasa berhutang budi. Kelak ketika mereka menjadi pemimpin bangsa di era mendatang, Singapura akan memiliki jalur diplomasi yang baik." Hal tersebut ternyata senada dengan pernyataan MM Lee Kuan Yew di straits times hari minggu kemarin yang merujuk kepada pemuda-pemuda vietnam berbakat yang dianugerahkan ASEAN scholarship. Benarkah klaim dari orang-orang singapura tersebut? Pasti di antara pembaca ada yang dalam hati, "Halah mana ada sih maling ngaku maling." :).

Pendapat lain yang banyak bergulir, tentu saja seputar isu pembajakan alias penculikan alias pencuci-otakan (hehe...). Biasanya justru banyak dipergunjingkan oleh orang-orang Indonesia yang merasa kehilangan. Makanya nggak heran, di akhir artikel kompas hari ini, orang-orang semisal Direktur Institute of Education Reform Universitas Paramadina Hutomo Dananjaya menggunakan istilah "anak-anak jenius dibajak oleh Singapura". Mungkin ada benarnya juga, toh saya nggak bilang itu salah 100%. Dari 200-250, rasanya ada deh di setiap batch-nya -saya nggak berani berasumsi secara kuantitatif, anak-anak bangsa yang akhirnya lebih memilih untuk pindah kewarga negaraan. Atau ada juga yang Indonesia KTP doang. Masih officially Indonesian, tapi nggak pernah terpikir sedikitpun untuk kontribusi pada bangsa. Tapi saya optimis, jumlah tersebut nggak banyak :). Luar biasanya Singapura adalah kemampuan mereka untuk mem-brain wash kita secara subtle dan natural; misalnya saja keamanan, kenyamanan transportasi, gaji melimpah, dan lain sebagainya yang terus terang amat sangat menggiurkan.

Yang mana yang benar? In either case, saya mencoba berhusnudzon (berbaik sangka = bahasa arab) bahwa keduanya bisa memberikan input yang baik buat bangsa kita. Misalnya saja pemerintah Indonesia mulai gerah dengan pembajakan tersebut. Sehingga isu tersebt bisa menjadi faktor pendorong agar pendidikan Indonesia mulai dibenahi secara intensif (kualitas) maupun ekstensif (menjangkau kaya-miskin, multiple intelligence). Kela, why not, mengutip pernyataan salah seorang kawan di thread sebelah, kurang lebih "Nantinya ITB yang akan membajak anak-anak luar buat belajar ke kita." Yang penting jangan lupakan perahu besar bermuatan 200-300 juta penduduk ini. Padamu negeri, kami berjanji, berbakti, dan mengabdi :).



4/20/2009
di library-nya
Institute of Materials Research and Engineering
Singapore

Saudara Seperjuanganku :)

Entah tiba-tiba kepikiran nulis begini. Barusan ngobrol-ngobrol ringan sama kunto, trus beberapa menit sebelom ini di-approve sama cing dimas bagoes. Rame-rame ngebahas isu yaul yang mo nikah. Belom lama juga cetingan sama arie...

Jadi teringat masa-masa dulu ketika orang melihat kita begitu tinggi, padahal bisa jadi Allah ketika itu sedang merendahkan kita. Kita yang lalai dalam menjalankan amanah besar tersebut. Kita yang terbuai dengan gelar "qiyadah" "mas'ul" "ketua" dan segala kebanggaan semu pemicu penyakit-penyakit hati yang bisa menggiring kita ke neraka jahannam-Nya.

Yang jelas saya belajar banyak dari antum sekalian; menengadah 2 ke atas, sebagai sebuah pelajaran keteladanan. Merunduk 2 ke bawah, sebagai sebuah refleksi cerminan diri.

Entah jadi apa saya dan antum sekarang, hanya seiring do'a yang bisa saya haturkan "Yaa muqollibal quluub, tsabbits quluubanaa 'alaa diinik." Saudaraku, begitu banyak yang mencintai kita, dari sejak hari itu hingga detik ini. Jangan pernah menyia-nyiakan cinta dan asa itu. Karena seorang akh bisa mencintai tanpa memimpinnya, tapi kita tidak akan pernah bisa memipin tanpa mencintai mereka :).

Semoga Allah mengampuni kita dan melimpahkan pada kita kesabaran.

Salam hangat,
sekapur sirih dari mantan ketua rohis 2006

RI

nb: balik yuk ke 8......... :)

Hadits of The Week

Hadits Qudsi riwayat Muslim

Allah Ta’ala berfirman: “Aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian, dan bagi hamba-Ku apa–apa yang dia minta.

Maka apabila ia mengucapkan (Alhamdullillahi Rabbil ‘Alamiin)
Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah memuji-Ku...

Dan apabila ia mengucapkan (Arrahmanirrahiim)
Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah menyannjung-Ku...

Dan apabila ia mengucapkan (Maliki Yaumiddiin)
Ia berfiman: Hamba-Ku telah memuliakan-Ku, dan ia berfirman di kali lain: Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku...

Maka apabila ia mengucapkan (Iyyaka Na’budu Wa Iyyaka Nastai’en)
Ia berfirman: Ini adalah antara Aku dan antara hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta...

Maka apabila ia mengucapkan (Ihdinash-shirrathal Mustaqiim Shirathalladzina An’amta ‘Alaihim Ghairil Maghdubi ‘Alaihim Waladhdhalliin)
Ia berfiman: Ini adalah untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta...


(Disamping diriwayatkan oleh Muslim, juga diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam kitab Tafsirul Qur’an ‘An Rasullillah SAW Bab Wamin Surati Fathihatil Kitab No:2877, Nasa’I dalam Kitab Al-Fathihah Bab Tarku Qira-ati Bismillahirrahmanirrahim Fi Fatihatil Kitab No:900, Abu Dawud dalam Kitab Ash-Shalah Bab Man Tarakal Qira-ata Fi Shalatihi Bifatihatil Kitabi No:699,Ibnu Majah dalam Kitab Al-Adab Bab Tsawabul Qur’an No:3774 dan Imam Malik dalam Kitab An-Nida’ Lishshalati Bab Al-Qira-ah Khalfal Imami Fima La Yujharu Fihi Bilqira-ati No:174)

Surat Cinta

Maksiatnya orang yang tidak berilmu adalah karena ia tidak mengetahui.

Sementara maksiatnya orang yang berilmu adalah karena syahwat.
Ia paham dan mengetahui.
Ia tahu bahwa sesuatu itu benar, tetapi tidak pernah dikerjakan.
Dan ia sadar sesuatu itu salah, tapi terus ia kerjakan.

Setitik demi setitik noda hitam menyebar,
perlahan dan pasti, menyelubungi seluruh qolbunya.
Dan mungkin kini Allah telah menjauhkan dirinya dari kebenaran...


"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa" (Ali-Imran 133)

Yang sangat menyayangi saudaranya,
dan tidak ingin melihat kamu, kita, dan mereka terjatuh dalam lembah penuh siksa.

.. :) ..

Ayat of The Day

Tadzkiroh dari surat al-an'am

"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)."
(ayat 59)

"Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur (mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan."
(ayat 60)

"Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya."
(ayat 61)

"Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat."
(ayat 62)

"Katakanlah:" Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dengan suara yang lembut (dengan mengatakan): "Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur."
Katakanlah: "Allah menyelamatkan kamu daripada bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali mempersekutukan-Nya."

(ayat 63 dan 64)

Yaa muqollibal quluub, tsabbits quluubanaa 'alaa diinik wa 'alaa too'atik

Hadits of The Day

Suka banget sama hadits ini :)

"Tiga perkara yang barangsiapa terdapat padanya nescaya dia memperolehi kemanisan iman (yaitu)
<1>Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selainnya, dan <2> dia mencintai seseorang semata-mata kerana Allah, dan <3> dia benci untuk kembali kepada kekufuran (maksiat) sebagaimana dia benci dilemparkan ke dalam api neraka".
(Hadis Sahih Riwayat Bukhari dan Muslim)

Malaysia Memang Lebih Hebat Dari Kita?

Alhamdulillah banyak mendapat kontemplasi berharga hasil perjalanan ke johor bahru, malaysia 2 pekan lalu. Bukan celotehan-celotehan, "Wah serasa balik ke indo aja nih." atau obrolan-obrolan ringan seputar bahasa malaysia yang comel (artinya: lucu) nan seronok (artinya: menarik). Tapi tentang kemajuan peradaban malaysia yang ditandai oleh sebuah produk bernama PROTON -ternyata kepanjangan dari PeRusahaan OTOmobil Nasional [1].

Bicara soal PROTON... Kualitas? Nggak bagus-bagus amat. Model? Bisa bikin sakit gigi deh kalau dibandingkan sama mobil-mobil jepang atau eropa. Spare part-suspensi-top speed dll dsb? Jauuhhh....

"Lah terus apanya yang menarik?"

Justru di situlah letak keunikannya. Percaya atau tidak, mobil berkualitas pas-pasan tersebut ternyata ramai menghadiri setiap lekuk jalan di johor bahru. Katakanlah 2 sampai 3 mobil merk yang berlambangkan matahari dan bulan tersebut, mulai dari yang usang hingga model baru, bisa kita temui di setiap 100 meter jalan besar. Dan memang menurut data hingga agustus 2008, si produsen telah berhasil memproduksi 3 juta mobil [1]. Luar biasa.

Nggak berhenti decak kagum saya akan kecintaan rakyat malaysia terhadap produksi bangsa mereka sendiri. Perkawinan antara tingginya kebanggan terhadap produk lokal dengan dukungan birokrasi dari pemerintah pusat nampaknya menjadi kunci kesuksesan tersebut.

Saya sempat mencoba browse, membandingkan harga proton satria neo dan honda jazz yang ternyata memiliki model dan specs yang nggak jauh berbeda. Ada yang berani menebak perbedaan harganya? Kalau dirupiahkan, harga kedua mobil tersebut berturut-turut dalam rupiah adalah 140 juta dan 300 juta [2], [3]! Setelah dicek ke salah seorang kawan saya yang tinggal di malaysia, ternyata memang pemerintah sana memberikan subsidi yang cukup besar untuk setiap pembelian produk proton. At the same time, mereka menaikkan pajak cukup siginifikan untuk setiap pembelian produk non-malaysian [1].

Saya mencoba menganalisa, bisa jadi inilah salah satu instrumen keberhasilan malaysia hingga hari ini; Negara yang ironisnya sering kita hina-hina namun fakta berbicara bahwa dalam banyak hal mereka telah jauh melampaui kita.

Melihat Indonesia Kita Tercinta

Agak tersentil dengan berita tentang wapres kita, Pak Jusuf Kalla, yang ternyata sangat besar kecintaannya terhadap produk lokal. Bayangkan, seorang wapres, sepatunya asli cibaduyut [4]! Sementara kita masih berputar-putar dengan kebanggaan produk asing, "Kalau nggak adidas kesian kulit kaki gw." hehe :D.

Saya pun sebetulnya masih jauh dari sempurna. Sepatu bola dan futsal saya asli adidas. Celana bahan Buffalo. Gesper, deompet dan celana jeans merk aneh, tapi yang jelas sih produk asing. Jam tangan casio (ada gitu jam tangan produk lokal?).

Tapi insya allah niat itu ada, teman-teman. Percaya deh... Pingin rasanya ke depan nanti kalau beli sepatu bola beraih ke spotec punya lokal. Alhamdulillah sepatu kerja saya selalu Buccheri. Baju-baju terakhir yang saya beli pun selalu batik. Nanti kalau ke bandung insya allah disempatkan deh mampir ke cibaduyut buat hunting celana jeans, dompet, sepatu asli sana. Ok lah, mungkin betul kualitasnya nggak sebagus produk luar, tapi apa iya sih segitu jauh bedanya? Pingin banget nih mencoba lebih berempati pada produsen-produsen lokal yang telah membanting tulang mengangkat devisa negara :).

Sedih itu perlu. Kecewa pada realita juga bisa mencerdaskan kita. "Ah bingung gw sama Indonesia. Capek...". Tapi mengeluh pun ada batasnya. Saatnya kita mencoba untuk lebih konkrit menolong kapal besar bermuatan 300 juta manusia ini dari kekaraman. 20 tahun dari sekarang, saya membayangkan semua produk asing akan mulai tergantikan oleh lokal. Mobil bermerk "Bimantara", jam tangan "Weker", Handphone "Genggam", prosesor "Cerdas", situs jaringan sosial "Jangkau", dan berjuta inovasi lainnya akan hadir kelak. Ketika itu, kita yang telah menjadi pemimpin bangsa, semoga nggak lagi tuh mengalami segala macam fobia anti produk dalam negeri.

Mimpi besar itu pasti bisa kita capai kawan. Mimpi besar untuk menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang terhormat dan terpandang. Kalau kita mau berusaha. Yuk makanya, bareng-bareng kita coba pelan-pelan :).

Singapore, 10 Feb 2009
di
IMRE, sambil nungguin experimen...

[1] http://en.wikipedia.org/wiki/Proton_(carmaker)
[2] http://paultan.org/archives/2006/06/16/proton-satria-neo-13-and-16-in-depth/
[3] http://paultan.org/archives/2006/08/17/new-honda-jazz-facelift-in-malaysia/
[4] http://www.gatra.com/artikel.php?id=121305

Pseudo Gembira

Kartun terbaik yang saya baca sepanjang masa liburan.



Gegap gempita, hingar bingar, rongrongan terompet, dangdut kanan kiri bawah atas perayaan tahun baru di Indonesia -dan dunia- ternyata penuh dengan optimisme semu dan kegembiraan palsu.

Krisis ekonomi yang diramalkan akan merongrong perekonomian bangsa kita, pemilu 2009 yang, you know what i mean, kita sambut dengan sangat skeptis, bencana alam yang terus mengintai, kontroversi seputar pendidikan dengan anak emasnya "BHP", dana riset penelitian yang masih tetap di bawah "standar kemiskinan", dan berbagai macam persoalan bangsa lainnya telah siap menghadang cita panjang bangsa kita.

Di sisi lain bumi, lebih dari 400 korban dan sekian ribu luka-luka dalam penjajahan negeri palestina rasanya sudah cukup membuat mood makan kita hilang, dan bisa menangis sesenggukan seketika.

Mikiran orang terus, jadi lupa sama diri sendiri deh. Gimana kuliah? Udah punya bekal apa nih untuk "meneruskan bangsa ini"? Seperti yang dikatakan oleh guru-guru kita, walau bisa jadi kita nggak pernah dan -bisa jadi pula- nggak akan pernah paham esensinya. Gimana dengan keluarga kita? Orang tua sehat? Anak, istri? Yang lajang, kapan mau menikah dan merajut keluarga produktif yang siap berkontribusi untuk umat?

Masalah, masalah, masalah, masalah, masalah, dan masalah. Gak pernah habis.

Resolusi 2009? Ah, rasanya semakin berat untuk membusungkan dada seraya berteriak optimis dan yakin bahwa 2009 ini akan jadi tahun yang penuh makna dan menjadi tonggak sejarah kebangkitan Indonesia dan kemerdekaan bangsa tertindas di seluruh dunia. Omong kosong lah resolusi, reformasi, revolusi, rekonsiliasi, terbukti jargon akhirnya hanya menjadi jargon. "Buang jauh-jauh mimpi lo, karena relita kehidupan kita tuh sampah dan penuh kebusukan, tau gak sih!" Sudahlah, lupakan saja urusan orang lain, mengurus diri kita sendiri aja belum becus...

Pertanyaannya, apakah anda termasuk orang-orang yang berpkiran seperti itu? Saya sih nggak :). Wallahulmusta'an...

SEMANGAT, CIPTAKAN PERUBAHAN!

Selamat Idul Adha 1429 H

"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwan dari kamulah yang dapat mencapainya....... (QS. 22:37)

Selain dimensi sosial yang sangat zahir disuarakan, ada satu dimensi berupa dimensi tauhid atau ketuhanan yang derivasinya adalah sebuah ornamen penghambaan kita pada Allah swt.; yaitu pengorbanan, dalam bahasa Arab: At-tadhiyyah. Pengorbanan dalam bentuk ketaqwaan, tentu saja, seperti yang difirmankan oleh Allah di kutipan ayat di atas. Lihat saja berapa orang yang tanpa basa basi menyumbangkan infaqnya dengan kisaran 1 juta-7 juta, ya untuk itu tadi, menunaikan kepatuhan mereka pada Allah. Sekali lagi, itulah sebentuk wujud pengorbanan.

Lantas apa maknanya buat kita-kita yang belum dikaruniai rezeki yang cukup untuk berkurban?

Tenang saja, Insya Allah masih banyak kok sarana pengorbanan yang mungkin saja belum kita tunaikan dengan sempurna selama ini. Pengorbanan jasad kita, mata kita, tangan kita, lidah kita, untuk selalu berpayung pada ketetapan Allah dan menjauhai hal-hal yang Ia llarang. Pengorbanan harta kita untuk dizakatkan kepada yang berhak. Pengorbanan atas hati dan hawa nafsu kita untuk selalu berjiwa positif. Pengorbanan waktu kita untuk menghadiri majelis-majelis yang memperkaya ilmu dunia dan akhirat kita. Pengorbanan atas rasa kantuk kita untuk bangun di 1/3 malam terakhir dan mendo'akan keluarga kita. Dan banyak lainnya.

Karena sesunnguhnya kita sedang berbisnis dengan Allah,

"Sesunnguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min jiwa dan harta mereka untuk ditukar dengan syurga... (9:111).

Berani berkorban, berarti berani keluar dari zona nyaman kita. Mari jadikan idul adha tahun ini sebagai sebuah momentum untuk senantiasa begerak keluar dari comfort zone kita, berkorban, dan menggapai ridhoNya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahilhamd.

Selamat merayakan hari raya idul adha 1429 Hijriyah :).

Radyum Ikono,
8 Desember 2008
Masjid Darul Irfan SMAN 8 Jakarta

Passenger waited at Kenangan Station


Hanya selintas pemikiran untuk merangkai setiap stasiun kenangan dalam hidup saya menjadi sebuah rute perjalanan yang indah

About Me

Singapore, Jurong, Singapore
Full-Time Undergraduate Student Materials Science and Engineering Nanyang Technological University Singapore