Wednesday, November 18, 2009

Kenapa Singapura Membajak Kita?

KOMPAS hari ini menulis "Singapura Buru Siswa Brilian". Brilian yang kelihatannya didefinisikan sebagai para juara-juara olimpiade, dan anak-anak terbaik di sekolah-sekolah unggulan dari berbagai daerah di Indonesia. Dalam satu tahun ajaran, tercatat sekitar 200-250 anak-anak 'brilian' ini pindah kampung ke Singapura. Namun kalau ditelusuri secara mendalam, sebetulnya apa sih tujuan singapura merekrut anak-anak berpotensi ini? Apakah memang mereka betul-betul berniat 'membajak' kita?

Kalau ditanyakan ke orang-orang singapur, mereka memang cenderung menjadikan program beasiswa besar-besaran ini sebagai bahasa diplomasi terhadap negara tetangga. Saya pernah menanyakan tentang masalah ini kepada salah seorang petinggi dean of admissions, Mr. Ronald. Jawaban beliau, kurang lebih,"Singapura ingin merekrut anak-anak terbaik dari bangsa tetangga. Kita didik mereka sebaik mungkin di sini. Kemudian ketika mereka sudah menadapatkan banyak hal dari Singapura, mereka akan merasa berhutang budi. Kelak ketika mereka menjadi pemimpin bangsa di era mendatang, Singapura akan memiliki jalur diplomasi yang baik." Hal tersebut ternyata senada dengan pernyataan MM Lee Kuan Yew di straits times hari minggu kemarin yang merujuk kepada pemuda-pemuda vietnam berbakat yang dianugerahkan ASEAN scholarship. Benarkah klaim dari orang-orang singapura tersebut? Pasti di antara pembaca ada yang dalam hati, "Halah mana ada sih maling ngaku maling." :).

Pendapat lain yang banyak bergulir, tentu saja seputar isu pembajakan alias penculikan alias pencuci-otakan (hehe...). Biasanya justru banyak dipergunjingkan oleh orang-orang Indonesia yang merasa kehilangan. Makanya nggak heran, di akhir artikel kompas hari ini, orang-orang semisal Direktur Institute of Education Reform Universitas Paramadina Hutomo Dananjaya menggunakan istilah "anak-anak jenius dibajak oleh Singapura". Mungkin ada benarnya juga, toh saya nggak bilang itu salah 100%. Dari 200-250, rasanya ada deh di setiap batch-nya -saya nggak berani berasumsi secara kuantitatif, anak-anak bangsa yang akhirnya lebih memilih untuk pindah kewarga negaraan. Atau ada juga yang Indonesia KTP doang. Masih officially Indonesian, tapi nggak pernah terpikir sedikitpun untuk kontribusi pada bangsa. Tapi saya optimis, jumlah tersebut nggak banyak :). Luar biasanya Singapura adalah kemampuan mereka untuk mem-brain wash kita secara subtle dan natural; misalnya saja keamanan, kenyamanan transportasi, gaji melimpah, dan lain sebagainya yang terus terang amat sangat menggiurkan.

Yang mana yang benar? In either case, saya mencoba berhusnudzon (berbaik sangka = bahasa arab) bahwa keduanya bisa memberikan input yang baik buat bangsa kita. Misalnya saja pemerintah Indonesia mulai gerah dengan pembajakan tersebut. Sehingga isu tersebt bisa menjadi faktor pendorong agar pendidikan Indonesia mulai dibenahi secara intensif (kualitas) maupun ekstensif (menjangkau kaya-miskin, multiple intelligence). Kela, why not, mengutip pernyataan salah seorang kawan di thread sebelah, kurang lebih "Nantinya ITB yang akan membajak anak-anak luar buat belajar ke kita." Yang penting jangan lupakan perahu besar bermuatan 200-300 juta penduduk ini. Padamu negeri, kami berjanji, berbakti, dan mengabdi :).



4/20/2009
di library-nya
Institute of Materials Research and Engineering
Singapore

No comments:

Passenger waited at Kenangan Station


Hanya selintas pemikiran untuk merangkai setiap stasiun kenangan dalam hidup saya menjadi sebuah rute perjalanan yang indah

About Me

Singapore, Jurong, Singapore
Full-Time Undergraduate Student Materials Science and Engineering Nanyang Technological University Singapore