Kalau orang gila kerja, biasa kita sebut
workaholic. Sehari nggak minum bir rasanya mau mati? Berarti orang ini
alcoholic. Nggak kalah seru, kemarin saya menemukan sebuah tulisan menarik yang terpampang di belakang baju seorang wanita bertuliskan “i’m touchaholic”. Lantas, kalau
indonesiaholic, apa dong? Kalau kita telusuri dari 3 contoh di atas sih,
indonesiaholic mungkin bisa kita artikan sebagai “gila indonesia” atau “kecanduan indonesia” atau “haus akan indonesia”. Yang mana yang benar? Walaupun istilah yang ke-3 agak aneh, tapi bisa kita simpulkan bahwa seseorang yang kita julukkan sebagai
indonesiaholic, artinya dia adalah orang yang “Indonesia banget gitu loh!”. Jelasnya, orang-orang semacam ini, bisa jadi, memiliki kepedulian yang sangat besar terhadap
Indonesia.
Orang-orang indonesia yang biasa-biasa saja alias
non-aholic, atau katakan saja
non-aholic indonesian, pasti capek menjadi bagian dari bangsa bermasalah ini. Yang ada dalam diri mereka hanyalah kemampuan untuk menyalahkan setiap kondisi yang mendera bangsa ini. Rasanya belum puas kalau dalam satu hari belum ngegosip, ngejelek-jelekin para anggota dewan. Rasanya belum puas juga kalau mereka belum membaca satu headline koran tentang korupsi seorang petinggi salah satu BUMN ternama. Dengan tenangnya, si
nonaholic indonesian ini menghabiskan waktu satu hari mereka dengan sia-sia, ditemani dengan sebatang rokok, secangkir kopi dan sepaket papan catur atau kartu domino. Atau jangan kaget juga, seiring zaman, si
nonaholic indonesian ini sudah mulai menjadi orang-orang signifikan dalam birokrasi-birokrasi tingkat atas. Ada seorang mahasiswa, kuliah di luar negeri, ditunjang dengan beasiswa mapan setiap tahunnya, dan kalau belajar selalu habis-habisan.
GPA selalu di atas 4,8. Tapi, nggak ada sedikitpun dalam benak dia untuk men-
setting sebuah pemikiran matang demi menyelamatkan “kapal” berawak 300 juta manusia yang kini sudah di ambang kekaraman ini.
Berbeda dengan teman-teman kita, para
indonesiaholic. Yang ada di benak mereka adalah sebuah
grand design yang canggih dan sudah tersusun rapi untuk menyambut kebangkitan Indonesia puluhan tahun ke depan nantinya. Mereka juga berpikir, nggak hanya bergumam dengan mulut, bagaimana caranya menyelesaikan persoalan bangsa ini, hari ini. Hingga, anak cucu mereka nanti akan melihat ke dalam sebuah museum peradaban, foto teman-teman kita di
Papua hari ini yang kurus kering sambil memelas memelintir perut mereka yang belum disuplai makanan sedikitpun selama 3 hari, karena problema kemiskinan.
“Kakek, kok bisa sih negara kita dulu semiskin itu? Rasanya aku nggak percaya deh. Nggak masuk akal
gitu loh”, kira-kira seperti itu mungkin pernyataan si anak cucu kepada kakek mereka, sang pahlawan bangsa, sang
indonesiaholic.
Cukup bagi mereka, Bung YZ yang menjadi saksi atas bobrok dan amburadulnya moral bangsa ini. Cukup bagi mereka pula, para penumpang pesawat adam air dengan nomor penerbangan
KI 574 yang menjadi korban atas berantakan dan semrawutnya segala jenis sistem yang ada di negara ini. Dan cukup bagi mereka, Pak SBY menjadi “tumbal” terakhir yang merasakan betapa njelimet-nya mengurus persoalan bangsa ini, hari ini.
***
Si
indonesiaholic bangun dari tidur malamnya. Langsung ia buka laptop mini kesayangannya dan dalam hitungan detik dirinya sudah tersambung ke dalam situs
http://www.detik.com/ yang memang sudah di
set sebagai main page internet explorer 8.0-nya. Berita satu dan dua masih ia baca dalam keadaan tersenyum. Memasuki berita ke 3, “Kekalahan Tim Indonesia Dalam blablabla... Games”, ia mulai merasa sedih. Ia buka buku hariannya, sejurus kemudian ia tulis sebuah statement optimistik, khas seorang indonesiaholic.
“
Dear diary, aku nggak main-main dengan hal ini. Liat saja 10 tahun lagi, dan aku akan buat Indonesia menjadi raja olahraga ASEAN dan 10 tahun berikutnya Indonesia akan menjadi raja Asia!”
Selesai
browsing, ia langsung mengambil handuk dan bergegas ke kamar mandi. Tak lupa ia ambil semua peralatan mandi produksi asli dalam negeri miliknya. Tentang mandi, ia pernah menuliskan suatu hal menarik di buku harian spesialnya itu.
“
Dear diary, aku punya 10 menit berharga, sembari aku guyurkan badanku dengan shower, untuk memikirkan langkah-langkah stratejik untuk menyelamatkan negeriku. Mungkin bisa aku mulai dengan memikirkan bagaimana caranya membuat sistem pendidikan yang efektif dan membangun. Hmm, pokoknya nggak boleh aku sia-siakan deh!” pikirnya. Luar biasa memang. Sementara sekian banyak
non-aholic indonesian menghabiskan waktu mandinya dengan bersiul atau bersenandung ria, namun buat seorang
indonesiaholic, hal tersebut merupakan hal yang tabu. Setiap detik bagi dirinya merupakan sebuah kesempatan untuk memikirkan sesuatu demi kebaikan Indonesia.
Jam sudah menunjukkan pukul 08.30 waktu singapura, dan cerita tentang si
indonesiaholic ini belum selesai sampai situ saja. Kali ini ia sedang duduk manis di 2 baris terdepan di lecture theatre 5, mendengarkan penjelasan dari dosen
Materials Science-nya. Setiap menghadiri kuliah, ia selalu pulang dengan coretan-coretan kecil di buku hariannya. Kali ini ia menulis,
“
Dear diary, dunia kelak akan dikuasai oleh para materials scientist. Pengembangan-pengembangan berharga seperti
nanotechnologies dan
superconductor kelak akan menjadi kekuatan utama teknologi di muka bumi ini. Aku berjanji, 20 tahu dari sekarang, akan aku jadikan Indonesia sebagai pusat penelitian terbesar tentang dua hal tersebut. Aku yakin, peraih nobel fisika tahun 2027 nanti adalah seorang Indonesia!”
Selesai kuliah
Materials Sciences-nya, ia langsung bergegas ke ruang tutorial 117 di
south spine. Kebetulan, hari ini ia kedapatan jatah untuk presentasi perorangan dalam subject
effective communication. Topiknya bebas. Maka hari ini, ia sudah membawa berlembar-lembar kertas sumber informasi yang ia kumpulkan selama 3 hari 3 malam. Ya, hari ini, ia akan mempresentasikan tentang Indonesia. Pariwisata, kebudayaan dan segala macam hal lain tentang Indonesia.
“
Dear diary, aku berharap, dengan presentasi ini, teman-temanku yang banyak berasal dari singapura, china maupun vietnam akan memandang positif negaraku. Mereka nggak akan takut untuk berkunjung ke Indonesia. Aku akan mengembalikan citra baik Indonesia sebagai zamrud khatulistiwa!” tulisnya kemarin malam.
Hari itu memang hari yang sangat melelahkan buat si
indonesiaholic. Setelah menyelesaikan semua kuliah dan tutorialnya, ia bergegas pulang ke asramanya. Saat itu sudah pukul 11.30 malam waktu singapura. Ia habiskan secepatnya soto ayam instan yang sudah tersaji di atas meja belajarnya dan segera menuju ke perantauan nun jauh di alam mimpinya. Biar
aholic-aholic seperti apapun juga, ia tetap saja seorang manusia biasa yang merasakan letih dan butuh istirahat yang cukup.
Sebelum tidur, ia sempatkan untuk menulis suatu hal di dalam buku hariannya.
“
Dear diary, terbayang dalam benakku, 20 tahun dari sekarang, berdiri sebuah perusahaan semikonduktor terbesar di dunia, namanya Tukang Listrik ltd. yang menurut
survey majalah
TIMES di akhir tahun 2027, perusahaan ini merupakan salah satu dari 5 company terkaya di seluruh dunia. Namun yang menjadi spesial, setiap tahun tidak kurang dari 20 milyar dolar disumbangkan oleh perusahaan ini untuk mengentaskan problematika kemiskinan di
home country mereka, yang sudah bukan rahasia umum lagi, yaitu Indonesia.”
“
Dear diary, jangan kaget ya.
CEO-nya adalah si Ucok, alumni NTU tahun lalu lulusan
NBS. Kemudian si Kuncung, yang sekarang sedang memasuki tahun ke 4-nya di jurusan teknik material
NTU, menjadi kordinator
quality controller-nya. Masih ditambah lagi si Badrul, sang peraih
first class honour lulusan teknik elektro NTU tahun lalu, menjadi
IC designer-nya. Masih kurang juga, mbak Tukiyem, mahasiswa tahun ke-3 psikologi NTU yang sekarang sedang ber-
exchange ria ke Swiss, nggak tanggung-tanggung, menjadi
Human Resources Development-nya
company tersebut, ditunjang juga dengan skill komunikasi canggih yang dimiliki si mbak pokijan yang kata orang-orang sih calon-calon
URECA-nya sekolah komunikasi dan informasi NTU semester ini, plus bung Tono yang sekarang sedang memasuki tahun ke-2 di fisika MIPA NTU menjadi bos
research and development-nya. Dan di bawah mereka, masih banyak asep-asep, bambang-bambang dan aminah-aminah lulusan NTU lainnya yang siap jungkir balik memajukan perusahaan yang cabangnya udah melanglang buana ke seluruh penjuru dunia tersebut.”
“
Dear diary dan semua yang sedang tertawa membaca tulisan ini. Hanya ada satu kenyataan di balik semua mimpi-mimpi di atas. Mereka semua adalah para
Indonesiaholic, yang telah mengorbankan harta, jiwa dan raga mereka demi bangsa Indonesia tercinta ini, yang nggak lain nggak bukan, adalah saya, dan tentu saja, KITA semua!”
***
Ah, ikono norak banget tulisannya... Kalo kata adrin, "Lima taquuluu na maa laa taf'aluun, no =p"