Agak berat juga buat saya meninggalkan negeri ini. Sempat terngiang, “Dosakah saya lari dari negeri penuh masalah ini?” Namun akhirnya saya membulatkan tekad. Saya berangkat ke Singapura dengan motivasi untuk belajar lebih, menuntut ilmu, dan mencari pengalaman yang special, untuk kemudian kembali dan memberi arti bagi agama dan bangsa. NTU nama kampus saya. Materials Science and Engineering jurusan saya.
Awal-awal tentu saja mengalami culture shock, seperti pola belajar, gak ada azan, ‘buka-buka-an’ dan lain sebagainya. Gak mudah juga melaluinya, namun alhamdulillah, bareng-bareng sama temen-temen seperjuangan, suka duka dilewati akhirnya mulai juga merasa betah, setidaknya by akhir semester 1 sudah mulai merasa nyaman.
Aktivitas non-akademik tidak henti saya lakukan. Aktivitas paling banyak saya porsikan ke PINTU (Pelajar Indonesia NTU), PPIS (Perhimpunan Pelajar Indonesia di Singapura), KUNTUM (Keluarga NTU Muslim) Indonesia dan NTUMS. Di PINTU, karir saya bermula sebagai ketua divisi solidaritas, semacam mensos lah. Kemudian serunya di tahun kedua, saya diamanahkan menjadi ketua PINTU periode ke-6. Bukan pekerjaan mudah loh, walaupun terkesannya begitu, karena yang dipimpin adalah sekitar 600 hingga 700 mahasiswa Indonesia yang berada di NTU, baik S1 maupun S2-S3. Yah itu menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya, apalagi saya mencatat rekor ketua PINTU pertama yang tingkat 2 –sebelumnya selalu tingkat 3. Jadi masalah pendekatan ke senior juga buka urusan mudah, namun sangat mendewasakan, alhamdulillah. Menjadi ketua PINTU, saya belajar banyak tentang kepemimpinan yang memuaskan semua golongan, tentang kreativitas dalam keterbatasan, dan juga tentang menjaga komitmen dalam himpitan berbagai beban sekaligus.
Dari keaktifan saya di PINTU juga lah yang menjadikan saya dekat dengan PPIS. Di saat yang bersamaan, saya diamanahkan menjadi dewan penasehat PPIS, sekali lagi, bukan amanah yang bisa asal jeplak aja… Sempat juga saya aktif di NTUMS, waktu itu menjawab sebagai Events manager, orang yang bertanggung jawab terhadap kelancaran seluruh events yang diadakan oleh NTUMS dalam setahun. Dalam fase ini, saya banyak meng-improve diri dalam menghargai “gaya beragama” di Singapura, dan juga skill berbahasa inggris. Seru juga loh, memimpin rapat atau beradu argument tentang organisasi dalam bahasa inggris. Itu menjadi tantangan tersendiri buat saya. Karir akhir saya di NTUMS adalah sebagai majelis syuro, alias semacam dewan penasehat. Masih berjalan hingga sekarang. Aktivitas saya lainnya sekarang adalah menjadi ketua majelis pertimbangan organisasi KUNTUM Indonesia. Lagi-lagi amanah yang nggak sembarangan –dari tadi kok susah-susah mulu yak -_-. Saya bertanggung jawab terhadap isi, arah, dan tujuan KUNTUM Indonesia agar dapat memberikan manfaat yang nyata bagi sekitar, maupun lingkup yang lebih luas.
Kalau urusan nilai, ya pas-pas-an lah –ameliorasinya “ancur” ini ya :p. Setidaknya masih maintain di level yang “nggak mengkhawatirkan” buat saya yang penting tetap bersyukur atas segalanya… Saya mencintai bidang keilmuan yang saya tekuni sekarang, dan berharap bisa meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
Harapannya, Allah mengampuni apa-apa yang telah saya perbuat-salah-kan, banyak deh dosa saya 4 tahun ini, astagfirulloh… Juga, berharap, semua yang telah saya lalui bisa memberi makna bagi, yang pertama tentu saja peningkatan kesolehan pribadi. Itu tuntunan utama, disusul kebermanfaatan bagi ummat. Baik yang telah saya lalui, maupun apa yang terkandung di dalamnya, semoga akan ada masanya Allah memberikan kesempatan buat saya untuk mengamalkannya. Ya pokoknya jangan jadi orang biasa lah, gak seru ;).
Akhukum fillah,
Ikono
15 Desember 2009
di Biomaterials Lab yang kucintai karena Allah…
Awal-awal tentu saja mengalami culture shock, seperti pola belajar, gak ada azan, ‘buka-buka-an’ dan lain sebagainya. Gak mudah juga melaluinya, namun alhamdulillah, bareng-bareng sama temen-temen seperjuangan, suka duka dilewati akhirnya mulai juga merasa betah, setidaknya by akhir semester 1 sudah mulai merasa nyaman.
Aktivitas non-akademik tidak henti saya lakukan. Aktivitas paling banyak saya porsikan ke PINTU (Pelajar Indonesia NTU), PPIS (Perhimpunan Pelajar Indonesia di Singapura), KUNTUM (Keluarga NTU Muslim) Indonesia dan NTUMS. Di PINTU, karir saya bermula sebagai ketua divisi solidaritas, semacam mensos lah. Kemudian serunya di tahun kedua, saya diamanahkan menjadi ketua PINTU periode ke-6. Bukan pekerjaan mudah loh, walaupun terkesannya begitu, karena yang dipimpin adalah sekitar 600 hingga 700 mahasiswa Indonesia yang berada di NTU, baik S1 maupun S2-S3. Yah itu menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya, apalagi saya mencatat rekor ketua PINTU pertama yang tingkat 2 –sebelumnya selalu tingkat 3. Jadi masalah pendekatan ke senior juga buka urusan mudah, namun sangat mendewasakan, alhamdulillah. Menjadi ketua PINTU, saya belajar banyak tentang kepemimpinan yang memuaskan semua golongan, tentang kreativitas dalam keterbatasan, dan juga tentang menjaga komitmen dalam himpitan berbagai beban sekaligus.
Dari keaktifan saya di PINTU juga lah yang menjadikan saya dekat dengan PPIS. Di saat yang bersamaan, saya diamanahkan menjadi dewan penasehat PPIS, sekali lagi, bukan amanah yang bisa asal jeplak aja… Sempat juga saya aktif di NTUMS, waktu itu menjawab sebagai Events manager, orang yang bertanggung jawab terhadap kelancaran seluruh events yang diadakan oleh NTUMS dalam setahun. Dalam fase ini, saya banyak meng-improve diri dalam menghargai “gaya beragama” di Singapura, dan juga skill berbahasa inggris. Seru juga loh, memimpin rapat atau beradu argument tentang organisasi dalam bahasa inggris. Itu menjadi tantangan tersendiri buat saya. Karir akhir saya di NTUMS adalah sebagai majelis syuro, alias semacam dewan penasehat. Masih berjalan hingga sekarang. Aktivitas saya lainnya sekarang adalah menjadi ketua majelis pertimbangan organisasi KUNTUM Indonesia. Lagi-lagi amanah yang nggak sembarangan –dari tadi kok susah-susah mulu yak -_-. Saya bertanggung jawab terhadap isi, arah, dan tujuan KUNTUM Indonesia agar dapat memberikan manfaat yang nyata bagi sekitar, maupun lingkup yang lebih luas.
Kalau urusan nilai, ya pas-pas-an lah –ameliorasinya “ancur” ini ya :p. Setidaknya masih maintain di level yang “nggak mengkhawatirkan” buat saya yang penting tetap bersyukur atas segalanya… Saya mencintai bidang keilmuan yang saya tekuni sekarang, dan berharap bisa meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
Harapannya, Allah mengampuni apa-apa yang telah saya perbuat-salah-kan, banyak deh dosa saya 4 tahun ini, astagfirulloh… Juga, berharap, semua yang telah saya lalui bisa memberi makna bagi, yang pertama tentu saja peningkatan kesolehan pribadi. Itu tuntunan utama, disusul kebermanfaatan bagi ummat. Baik yang telah saya lalui, maupun apa yang terkandung di dalamnya, semoga akan ada masanya Allah memberikan kesempatan buat saya untuk mengamalkannya. Ya pokoknya jangan jadi orang biasa lah, gak seru ;).
Akhukum fillah,
Ikono
15 Desember 2009
di Biomaterials Lab yang kucintai karena Allah…